PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
“Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi “Mobilitas Sosial” Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala Tahun Ajaran 2020/2021”
OLEH
Nama : SEPTY PURNAMA SARI, S.PdNIM : 20423299173KELAS : IPS C PPGDJ UNY 2020
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL – PPG/FISUNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTAYOGYAKARTA2020
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang Masalah
Pendidikan memegang
peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Oleh
karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan
kualitas sumber daya manusia. Pembaharuan demi pembaharuan selalu diupayakan
agar pendidikan benar-benar dapat memberikan kontribusi yang
signifikan dalam usaha untuk mengentaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah
diamanatkan oleh para pendiri Republik Indonesia yang dituangkan dalam
Pembukaan UUD 1945 (Suyanto, 2000:17).
Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis
Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh
pemerintah. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan
pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham
atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun
dan disiplin yang tinggi. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib
diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan
atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik
dipilih sesuai dengan pilihan mereka.
Tujuan Kurikulum 2013
adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf). Dalam
tujuan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk berpikir lebih kreatif, inovatif,
cepat dan tanggap dan selain itu dalam kurikulum 2013 siswa dilatih untuk
menumbuhkan keberanian dalam dirinya. Siswa akan dilatih kemampuan berlogika
dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam kurikulum 2013 ini juga diberikan
atau dimasukkan unsur-unsur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara
serta unsur keagamaan untuk membentuk siswa yang berkarakter. Salah satu faktor yang menunjang
keberhasilan penerapan kurikulum 2013
adalah kesiapan guru sebagai tenaga pendidik untuk mengubah paradigma siswa
diberitahu menjadi siswa mencari tahu.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, pendidik berarti orang yang mendidik
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php), sedangkan guru berarti orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar
(http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Secara akademis, pendidik
adalah tenaga kependidikan yang diangkat dan mengabdikan diri untuk menunjang
pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain pendidik merupakan tenaga professional
yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran serta melakukan bimbingan dan pelatihan. Hal ini menjadikan guru
memiliki fungsi sebagai organisator, kreator, motivator, dan fasilitator yang
mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Kreatifitas dalam
memilih pendekatan dan model pembelajaran serta media pembelajaran yang sesuai
dengan materi yang akan disampaikan terutama pada mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ( IPS ) sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan.
Ilmu Pengetahuan Sosial
( IPS ) sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai peserta didik
tingkat SMP sesuai dengan Kurikulum 2013 (K-13), tidak lepas dari pentingnya
kreatifitas dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang kreatif
membantu peserta didik memahami fenomena-fenomena geosfer
yang menyangkut gejala alam, gejala sosial, lokasi, dan sebagainya yang sangat
berguna bagi kehidupan. Persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di SMP
Negeri 1 Kuala antara lain: saat ini model pembelajaran yang digunakan dalam
pembelajaran IPS didominasi guru sebagai pemberi informasi sehingga kurang
melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran (siswa pasif). IPS
merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit terbukti hasil belajar IPS yang
diperoleh siswa masih rendah
Cakupan materi IPS
sangat luas dan bersifat hafalan, buku pelajaran IPS hanya terbatas pada
peminjaman dari sekolah dan jam pelajaran IPS lebih sering dilaksanakan pada
siang hari sehingga konsentrasi belajar sudah menurun. Hal ini menunjukkan
proses pembelajaran di kelas belum memenuhi kriteria pembelajaran yang baik.
Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) yang menarik dan dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar peserta didik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah
dengan memilih model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk berfikir kritis dan terfokus pada masalah dalam materi serta
mencari upaya penyelesaian dengan menggali informasi dan ilmu pengetahuan dari
berbagai sumber.
Model pembelajaran yang
dapat diterapkan salah satunya adalah Pendekatan Pembelajaran Saintifik model
Problem Based Learning ini dipilih karena selama ini jarang digunakan oleh
guru-guru termasuk peneliti dan guru sebagian besar menggunakan model diskusi
dan ceramah. Diharapkan dengan menggunakan model Problem Based Learning ini
proses pembelajaran akan berjalan lebih maksimal, siswa akan lebih termotivasi untuk
berfikir kritis terhadap permasalahan yang ada dalam materi pembelajaran. Model
pembelajaran ini bertujuan agar peserta didik lebih tertarik dengan
pembelajaran dan materi yang disampaikan lebih mudah tertanam dalam ingatan
peserta didik, sehingga, prestasi belajar peserta didik diharapkan dapat
meningkat.
Melihat kenyataan yang ada, dilakukan Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: “Upaya Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem
Based Learning Materi “Mobilitas
Sosial” Pada Siswa Kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala Tahun Ajaran 2020/2021” Dengan
adanya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan motivasi
hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:
- Peserta
didik kelas VIII A masih menujukkan hasil belajar yang rendah karena masih
terdapat 30%
siswa yang belum mencapai KKM
- Peserta
didik kelas VIII A belum aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
masih di dominasi guru
- Terdapat 30% peserta didik yang kesulitan
memahami konsep materi karena cakupan materi IPS dianggap terlalu luas dan
bersifat hafalan
3.
Analisis
Masalah
Setelahdilakukan identifikasi masalah,
melalui diskusi dengan para guru
tentang penggunaan model pembelajaran di dalam kelas, Maka analisis masalah diantaranya adalah
:
- Dalam
penyampaian materi guru
cenderung berceramah mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan
menyimpulkan, tanpa
melibatkan peserta didik
- Tidak menggunakan
alat peraga saat pembelajaran (yang seharusnya dipraktekan,a tetapi tidak ada praktek hanya sebuah materi
biasa)
- Pada saat
guru menjelaskan materi tidak bisa mengontrol peserta didiknya dan
pembelajaran terasa membosankan
- Proses pembelajaran IPS
didominasi oleh guru
sehingga siswa kurang
termotivasi.
4.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang dan indentifikasi masalah yang diungkapkan
diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana upaya guru
untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A melalui pendekatan Pembelajaran
Saintifik model Problem Based Learning agar aktif dalam proses pembelajaran IPS
?
2.
Bagaimana pelaksanaan
pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning sebagai upaya
untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A pada pada pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial ?
5.
Tujuan Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui
peningkatan keaktifan siswa kelas VIII A melalui
pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning agar aktif dalam
proses pembelajaran IPS.
2. Mengetahui pelaksanaan pendekatan Pembelajaran
Saintifik model Problem Based Learning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil
belajar siswa kelas VIII A pada pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
6. Manfaat
Penelitian
a. Bagi
siswa
1) Melatih
peserta didik untuk berfikir
kritis dan fokus pada masalah, bekerjasama, mengungkapkan
pendapat, menghargai kekurangan dan kelebihan peserta didik lainnya.
2) Memberdayakan
potensi peserta didik terkait dengan kerjasama dan menjalin interaksi antar
peserta didik dalam proses pembelajaran.
3) Meningkatkan
keterampilan berbicara dalam kelompok dan keberanian bertanya.
b. Bagi
guru
1) Guru
menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovatif sebagai
implementasi berbagai teori dan teknik pembelajaran.
2) Meningkatkan
kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa.
3) Meningkatkan
mutu kinerja guru dalam proses pembelajaran yang bermuara pada keberhasilan
siswa dalam penguasaan materi pembelajaran siswa
KAJIAN PUSTAKA
1. Penelitian Tindakan Kelas
a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Menurut
Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan
yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip
oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi
permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk
mengatasinya.
Cohen
dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian
tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan
pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini
menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan
pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji
sejauh mana efektifitasnya.
Dengan
demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus
dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta
atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana
dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu
penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh
peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan
keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka
terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan
praktek-praktek tersebut.
Kemmis
dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk
memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar
refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an
Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian
tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan
(guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial
(termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a)
praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian
mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga)
dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan
kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan
praktek pembelajaran di kelas secara professional.
b. Langkah
– Langkah Penelitian Tindakan Kelas
Menurut
Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya
ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan,
refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih
langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.
Berdasarkan
beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian
sebagai berikut :
1. Adanya
ide awal
Seseorang
yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan
diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.
2. Praservei
Untuk
mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti.
Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.
3. Diagnosis
Dilakukan
oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.
4. Perencanaan
Dibagi
menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan
untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan
khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan yang
sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi yang
diajarkan dan sebagainya.
5. Pengamatan
Pengamatan
dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat
semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.
6. Evaluasi
dan refleksi
Kegiatan
merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para
kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan
kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil
observasi.
7. Penyusunan
laporan PTK.
Dilakukan
setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan
dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.
2. Keaktifan
Belajar
Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 108)
berarti berusaha supaya mendapat suatu kepandaian. Anak mempunyai dorongan
untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan yang timbul dari dirinya sendiri.
Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri.
Belajar yang baik adalah siswa belajar melalui pengalaman langsung, sehingga
siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi ia juga menghayati,
terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.
Implikasi keaktifan bagi siswa
berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan,
menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil percobaan, membuat karya tulis,
membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi keaktifan bagi guru
adalah guru mengubah perannya dari yang bersifat didaktis menjadi bersifat
individualis, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
mencari, memperoleh dan mengolah pengalaman belajarnya, sehingga dapat
mendorong kreativitas siswa dalam belajar maupun memecahkan masalah.
Aktifitas siswa tidak cukup hanya
mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah
tradisional. Paul B.Diedric dalam Sardiman A.M (2010 : 101) membuat suatu
daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan
sebagai berikut:
- Visual activities, yang termasuk di dalamnya
misalnya membaca, memerhatikan
gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
- Oral Activities, seperti menyatakan
merumuskan, bertanya, member saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
- Listening Aktivities, sebagai contoh mendengarkan:
uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.
- Writing Aktivities, seperti misalnya menulis
cerita, karangan, laporan, menyalin.
- Drawing Aktivities, mengambar, membuat grafik,
peta, diagram.
- Motor Aktivities, yang termasuk di dalamnya
antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi,
berkebun, berternak.
- Mental Aktivities, sebagai contoh misalnya:
menanggapi, mengingat, memecahkan
soal, menganalisis, mengambil keputusan.
- Emosional Aktivities, seperti misalnya, merasa
bosan, gugup, melamun, berani,tenang.
Jadi dengan klasifikasi seperti
diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktifitas di sekolah cukup komplek dan
bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah,
tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar
menjadi aktifitas belajar
yang maksimal dan bahkan memperlancar perananya sebagai pusat transformasi
kebudayaan.
3.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan
penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu
dalam sistem penilaian yang disepakati. Objek hasil belajar diwujudkan dengan
perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotorik. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah
(1) ada materi atau mata pelajaran yang dipelajari, (2) faktor lingkungan
peserta didik, (3) faktor instrumental, (4) keadaan individu peserta didik, dan
(5) proses belajar mengajar. Jenis mata pelajaran atau materi yang dipelajari
juga turut mempengaruhi proses dan hasil belajar, misalnya belajar tentang pengetahuan
yang bersifat konsep berbeda dengan belajar tentang pengetahuan yang bersifat
prinsip.
Nana Sudjana (2008: 39) mengemukakan beberapa hal yang
mempengaruhi hasil belajar dan kemudian akan mempengaruhi pencapaian belajar.
Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang
dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan sangat besar
sekali pengaruhnya terhadap hasi belajar yang dicapai.
Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada
faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasan belajar,
ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
Sedangkan Wina Sanjaya (2009: 52) hasil belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, dan
media yang tersedia, serta faktor lingkungan:
1. Faktor guru
Guru
adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi
pembelajaran. Tanpa guru bagimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka
strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan.
2.
Faktor Siswa
Siswa
adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi
tempo dan irama perkembangan setiap masing-masing anak pada aspek tidak selalu
sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama, disamping karakteristik yang lain yang melekat pada diri anak.
3.
Faktor
lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada
dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi
kelas dan faktor sosial psikologis.
Faktor organisasi kelas yang
didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang
bisa memengaruhi proses pembelajaran.
Faktor iklim sosial maksudnya,
hubungan keharmonisan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal, internal ialah
antara hubungan orang yang terlibat dilingkungan sekolah misalnya, iklim sosial
antara guru dan murid, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dan pimpinan
sekolah.
4.
Faktor sarana dan Prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang
mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya
media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain
sebagainya.
Sedangkan prasarana adalah segala
sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses
pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil
dan lain sebagainya .
Menurut pemikiran Gagne dalam Agus
Suprijono 2009 Hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :
1)
Informasi Verbal
Yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa,
baik lisan maupuntertulis.
2)
Keterampilan Intelektual
Yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang.
Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan
analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.
3)
Strategi kognitif
Yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas
kognitifnya sendiri. Konsep ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam
memecahkan masalah
4)
Keterampilan Motorik
Yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam
urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani
5)
Sikap
Adalah kemampuan
menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadab objek
tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar
perilaku.
Dari penjelasan diatas jelas telihat
bahwa keberhasilan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar
yang dicapai, untuk mencapai hasil belajar yang baik salah satu faktor yang menentukan adalah seorang guru dan
strategi pembelajaran yang diterapkanya.
4.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
a.
Pengertian Model Pembelajaran
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses
actual yang memungkinkan seseorang
atau sekelompok orang
mencoba bertindak berdasarkan
model itu. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran
dikelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2009: 45-46). Model pembelajaran dapat
digunakan untuk menyusun kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan menuntun pelajaran di dalam kelas atau
pada kondisi lainnya.
b.
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah dari beberapa ahli yaitu:
1)
Menurut
Agus Suprijono.
Pembelajaran
berbasis masalah adalah belajar penemuan atau discovery learning. Berdasarkan belajar penemuan peserta didik didorong
belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip (Agus Suprijono,
2009:68).
2)
Menurut
Wina Sanjaya.
Pembelajaran berbasis masalah adalah
rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008:114-115).
Dari beberapa pendapat di atas,
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model
pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa baik aktifitas
berfikir, berperilaku dan berketerampilan dalam memecahkan suatu masalah yang
dihadapi. Pembelajaran berbasis masalah (Problem
Based Learning), merupakan salah
satu model pembelajaran inovatif yang dapat
memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
Pembelajaran berbasis masalah
merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu
masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari
pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki
keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.
c. Karakteristik Model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Menurut
Arends dalam Trianto (http://blog.unsri.ac.id/)
karakteristik model Problem Based
Learning (PBL) yaitu:
1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.
Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar
pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi
bermakna bagi siswa.
2) Berfokus pada keterkaitan antar
disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar
dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran
3)
Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan
dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan
4) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan
masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara
berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Berdasarkan
karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan :
1) Membantu siswa mengembangkan
keterampilan berfikir dan keterampilan
pemecahan masalah
2) Belajar peranan orang dewasa yang
autentik.
3) Menjadi pebelajar yang mandiri.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik
model Problem Based Learning (PBL)
yaitu suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menitikberatkan masalah
sebagai bahan pembelajaran yang akan dicari penyelesaiannya menggunakan metode
ilmiah. Tetapi masalah tersebut harus sesuai dengan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan
dunia nyata. Pe laksanaan model tersebut siswa dituntut untuk aktif berpikir dan
kreatif dalam pemecahan masalah.
d. Strategi Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Tidak
semua materi pembelajaran dapat diterapkan dengan model Problem
Based Learning (PBL),
karena tidak semua materi cocok untuk digunakan dalam penerapan model tersebut.
Adapun
strategi dalam penerapan model ini adalah:
1) Apabila guru menginginkan agar siswa
tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan
memahaminya secara penuh.
2) Apabila guru bermaksud untuk
mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa.
3) Apabila guru menginginkan kemampuan
siswa untuk memecahkan masalah.
4) Apabila guru ingin mendorong siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.
5) Apabila guru ingin siswa memahami
hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan
sehari-hari (Wina Sanjaya, 2009: 215).
Materi pelajaran yang digunakan
dalam penerapan model ini tidak terbatas
pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan berdasar kriteria tertentu. Kriteria pemilihan bahan pelajaran
dengan model Problem Based Learning (PBL) yaitu:
1) Bahan pelajaran harus mengandung
isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video
dan lain-lain.
2) Bahan yang dipilih adalah bahan yang
bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinnya dengan
baik.
3) Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak sehingga terasa manfaatnya.
4) Bahan yang dipilih merupakan bahan
yang mendukung kompetensi yang harus dicapai.
5) Bahan yang dipilih sesuai dengan
minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya (Wina
Sanjaya, 2009: 216-217).
e. Prinsip-prinsip Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)
Prinsip –prinsip model pembelajaran PBL adalah:
1)
Melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil
yang terdiri dari kurang lebih lima orang
2)
Guru membimbing siswa dalam penyelesaian masalah tersebut.
3)
Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.
4)
Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan
perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.
5)
Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan
diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang
materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut (C.Ridwan, 2009).
f.
Langkah-langkah Pelaksanaan Model Problem Based Learning
Pada
model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) menurut Ibrahim
dan Nur : 2000 dalam (http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-based-learning.html)
terdapat lima tahap utama, antara lain:
1)
Orientasi
siswa kepada masalah
Yaitu
menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan logistik yang dibutuhkan,
serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Siswa merumuskan masalah yang akan dipecahkan.
2)
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Yaitu membantu siswa mendefinisikan
dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah
tersebut. Siswa merancang pemecahan masalah sesuai permasalahan yang telah dirumuskan.
3)
Membimbing penyelidikan Individual maupun kelompok
Yaitu mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi berbagi
informasi setelah mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan dari
berbagai sumber untuk memecahkan masalah.
4)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Yaitu membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi
dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa
menampilkan karyanya/menjelaskan hasil kegiatan pemecahan masalahnya.
5)
Menganalisis dan mengevaluasi Proses pemecahan masalah
Yaitu membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan. Siswa melakukan refleksi/evaluasi terhadap kegiatan peemecahan
masalah yang telah dilakukan.
5.
Kerangka Berfikir
Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
yaitu siswa, guru, metode,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum, serta
lingkungan fisik, sosial, budaya yang merupakan input untuk melaksanakan proses
pengajaran. Guru merupakan tenaga pengajar dan pendidik siswa. Karakteristik
siswa termasuk remaja awal
karena telah berusia antara 12-16
tahun dimana keadaan perasaan maupun emosinya belum stabil, sudah mampu
berpikir kritis, dan kemauannya tinggi. Metode pembelajaran yang digunakan
belum bervariasi, dominan ceramah tanya jawab serta diskusi. Metode yang kurang
bervariasi tersebut menyebabkan keaktifan kurang dan hasil belajar siswa belum
optimal.
Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya suatu tindakan
yang dapat membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tindakan
yang cocok adalah diterapkannya model pembelajaran yang melibatkan siswa secara
langsung. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL),
karena dalam model tersebut siswa dapat terlibat untuk aktif berpikir, menemukan konsep baru dalam memecahkan permasalahan
pembelajaran yang dikaitkan dengan masalah dunia nyata (a real world problems). Pada proses pembelajaran dengan penerapan
model ini diharapkan dapat
meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tetapi, apabila antara input
dan proses pembelajaran tidak saling mendukung, maka tidak akan terjadi
peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa.
6.
Hipotesa Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesa penelitian dapat diajukan sebagai
berikut:
1. Pendekatan
pembelajaran saintifik
melalui model Problem Based
Learning
dengan diawali pembentukan kelompok berkemampuan heterogen, siswa terfokus pada masalah, berdiskusi untuk pemecahan masalah,
mengklarifikasi semua gagasan , dilanjutkan dengan tes yang dikerjakan secara
individu untuk meningkatkan Hasil
belajar IPS siswa kelas VIII A
SMP Negeri 1 Kuala tahun ajaran 2020/2021
2. Pendekatan
Pembelajaran Saintifik melalui
model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala tahun ajaran
2020/2021.
BAB III
METODE PENELITIAN
1.
Subjek
Penelitian
Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat
sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang
diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pihak yang dijadikan subjek penelitian
di sini adalah siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Kuala. Kelas yang dipilih adalah kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala, dengan tujuan untuk mengetahui yang sesungguhnya sejauh
mana peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan
model Problem Based Learning.
2. Lokasi
dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini
adalah SMP Negeri 1 Kuala
yang terletak di Jl. Gajah Mada No.
1 Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat dan waktu penelitian
direncanakan pada bulan Oktober –
Nopember 2020.
3.
Deskripsi
Per Siklus
Penelitian ini
direncanakan terdiri dari dua siklus, dan masing-masing siklus menggunakan
empat komponen tindakan dalam suatu spiral yang saling terkait. Namun, apabila
target belum tercapai, akan dilaksanakan siklus berikutnya. Komponen-komponen
tersebut antara lain, perencanaan (planning), tindakan (acting),
pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Namun demikian
apabila target belum tercapai akan dilakukan siklus berikutnya
Gambar
1. Desain Penelitian Tindakan Kelas menurut
Suharsimi
Arikunto
(2008: 16)
Siklus
I
1. Perencanaan
dan Pelaksanaan Tindakan
a. Perencanaan
Perencanaan
tindakan dimulai dengan:
a)
Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:
Lembar
kegiatan pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),
media, dan model atau metode yang diterapkan.
b)
Membuat instrumen pengumpul data yaitu:
Lembar
observasi keaktifan siswa Membuat soal tes untuk siswa.
c)
Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan
materi pembelajaran.
b. Pelaksanaan
tindakan
Pada tahap
ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan metode Problem Based Learning dengan rencana
kegiatan belajar mengajar yang sudah disiapkan. Rencana kegiatan yang dilakukan
bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan, sesuai dengan
kegiatan yang ada selama proses pelaksanaan di lapangan.
c.
Observasi
Observasi
merupakan tahapan kegiatan yang sepenuhnya dilakukan oleh pengamat. Tahap
observasi merupakan tahap pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Observasi
dilakukan ketika pelaksanan tindakan berlangsung. Peneliti melakukan observasi
terhadap keaktifan siswa dan kegiatan guru selama pelaksanaan pembelajaran
dengan model Problem Based Learning.
d.
Refleksi
Refleksi
merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil penelitian
pada tiap siklus. Kegiatan pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan seluruh
data penelitian yang meliputi data hasil belajar, data pengamatan keaktifan
siswa, kegiatan guru.
Data
yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi secara seksama dengan
berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan hasil tindakan.
Guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk mengevaluasi dan menilai proses
pembelajaran dengan model Problem Based
Learning.
Siklus
Lanjutan.
Kegiatan
yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus I.
Tahap kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja pada siklus I yaitu diawali
dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus III,
IV, V dan seterusnya masih terdapat kemungkinan untuk dilaksanakan jika hasil
dari siklus II masih terdapat banyak kekurangan atau belum berhasil.
1.
Metode Pengumpulan Data
Sumber data adalah guru
kolaborator, siswa, dan guru mata pelajaran sebagai peneliti. Adapun cara
pengamatan data dilakukan dengan pengamatan bersama guru kolaborator yang
difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran. Perolehan data berupa hasil
pengamatan kolaborasi, peneliti dan wawancara dengan beberapa siswa yang
meliputi partisipasi, kerjasama, dan perhatian serta kinerja siswa. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan tes tertulis.
2. Instrumen
Penelitian
Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar
Observasi
Lembar observasi ini
digunakan untuk mencatat tingkah laku siswa, peristiwa serta kegiatan siswa
selama proses pembelajaran melalui pembelajaran model Problem Based Learning.
2. Angket
Angket berisikan
pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa untuk mengetahui
apresiasi dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung
melalui model Problem Based
Learning
3. Tes dan Lembar Kerja
Tes dilakukan pada akhir tiap siklus, hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
besar peningkatan hasil
belajar Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) siswa kelas
VIII-A di SMP Negeri 1 Kuala setelah dilakukan pembelajaran
dengan menggunakan model Problem
Based Learning ,sedangkan
lembar kerja merupakan alat sekaligus media.
3. Teknik
Analisis Data
1)
Analisa Data
Observasi
Data obeservasi
diperoleh dari jumlah siswa yang berpartisipasi dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan,
kemudian diprosentasekan.
Jumlah siswa yang berpartisipasi
Rentang nilai dan kriteria penilaian
yang digunakan adalah sebagai berikut.
Kurang |
:
≤
70 |
Cukup |
:
71-80 |
Baik |
:
81-90 |
Baik Sekali |
: 91-100 |
1) Analisa Data Angket
Data angket diperoleh dari jumlah siswa yang menjawab ya atau tidak dibagi dengan jumlah siswa keseluruhan, kemudian dipersentasikan.
Jumlah siswa ya/tidak
1)
Analisis Hasil
Tes
Berupa lembar kerja
siswa dan tes akhir siklus. Apabila hasil tes pada siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan, maka dapat diasumsikan bahwa model Kajian Kelompok dalam
pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi belajar dan penguasaan materi IPS.
1. Indikator
Keberhasilan
Indikator
keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan dengan:
1. Meningkatnya
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
yang dapat dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh dari persentase
(%) partisipasi siswa selama proses pembelajaran.
2. Meningkatnya hasil belajar yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 75. Apabila siswa yang mendapat nilai sesuai Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) 75 keatas mencapai 85%, maka penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berturut-turut membahas mengenai
diskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian
dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning
dalam pembelajaran IPS. Data ini diperoleh dari kelas VIII – A SMP Negeri 1 Kuala dengan
materi Mobilitas Sosial. Dari hasil kegiatan tersebut, diperoleh
hasil penelitian mengenai proses pembelajaran dengan model Problem
Based Learning sebagai berikut.
A. Hasil
Penelitian
1. Analisis Data
Evaluasi Awal Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala Penelitian ini berfokus pada penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning untuk
meningkatkan penguasaan materi IPS, khususnya di kelas VIII - A yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Data hasil evaluasi
awal tidak sesuai harapan apabila dibandingkan dengan nilai ketuntasan minimal
(KKM=75) untuk mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala sehingga perlu diadakan tindakan
kelas.
Data Tabel. 5
menunjukkan hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan kelas.
Tabel.
5 Distribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian sebelum Tindakan
Nilai (x) |
F |
% |
< 55 |
1 |
3,22 |
60 - 65 |
7 |
22,58 |
66 - 70 |
4 |
12,90 |
71 - 75 |
10 |
32,25 |
76 - 80 |
8 |
25,80 |
81 - 85 |
1 |
3,22 |
Jumlah |
31 |
100 |
Berdasarkan Tabel. 5,
diketahui bahwa 1 siswa (3,22%)
mendapat nilai 55, 7
siswa (22,58%)
mendapat nilai antara 60-65, 4
siswa (12,90%)
mendapat nilai antara 66-70, 10
siswa (32,25%)
mendapat nilai antara 71-75, 8
siswa (25,80%)
mendapat nilai antara 76-80, dan 1 siswa (3,22% ) mendapat nilai antara 81-85. Merujuk pada rentang nilai yang telah
ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.
Tabel
6. Rentang Nilai dan Kriteria
No. |
Klasifikasi
Nilai |
F |
% |
1. |
Kurang
( ≤70 ) |
12 |
38,70 |
2. |
Cukup
(71-80) |
18 |
58,06 |
3. |
Baik
(81-90) |
1 |
3,24 |
4. |
Sangat
Baik (91-100) |
0 |
0 |
|
Jumlah |
36 |
100 |
Sumber
: Hasil Observasi
Berdasarkan Tabel. 6,
diketahui bahwa 38,70%
siswa berada dalam kategori kurang. 58,06%
siswa berada dalam kategori cukup. dan, 3,24%
siswa berada dalam ketegori baik.
Tabel
7. Nilai Rata-Rata
Sebelum
Tindakan
No |
Kriteria |
Skor |
1 |
Nilai Tertinggi |
55 |
2 |
Nilai Terendah |
85 |
Rerata |
71,25 |
Hasil evaluasi belajar
siswa sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa nilai
terendah ulangan harian siswa kelas
VIII - A
adalah 55 sedangkan nilai tertingginya adalah 85. Nilai rata-rata ulangan
harian siswa kelas VIII - A
adalah 71,25.
Tabel 8. Ketuntasan Hasil Tes
sebelum Diadakan Tindakan
No. |
Kriteria
Ketuntasan |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1. |
>75 |
Tuntas |
17 |
54,83 |
2. |
< 75 |
Belum tuntas |
14 |
45,17 |
Dari 31 siswa ternyata yang belum tuntas pada
mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75
sebanyak 14
siswa (45,17%),
sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 17 siswa (54,83%). Keaktifan belajar siswa sebelum diadakan
tindakan masih terlihat pasif. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa sebelum Tindakan
No. |
Aspek
yang diamati |
F |
% |
|
|
|
|
1. |
Memperhatikan guru |
27 |
87,09 |
|
|
|
|
2. |
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru |
15 |
48,39 |
|
|
|
|
3. |
Kemampuan siswa dalam
mengeluarkan pendapat |
8 |
25,80 |
|
|
|
|
4. |
Kemampuan memecahkan masalah |
7 |
22,58 |
|
|
|
|
5. |
Kerja sama siswa dalam kelompok |
20 |
64,51 |
|
|
|
|
6. |
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan |
4 |
12,90 |
|
|
|
|
7. |
Mempresentasikan hasil diskusi |
8 |
25,80 |
|
|
|
|
8. |
Membuat kesimpulan |
15 |
48,38 |
|
|
|
|
Tabel 9 menunjukkan
bahwa dari 31
siswa, hanya 27
(87,09%)
siswa yang memperhatikan penjelasan guru. Dalam hal keaktifan, hanya 15 (48,39%) siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam hal kerjasama kelompok, diperoleh data 20 (64,51%) dari 31
siswa bekerja sama dalam kelompok. Dalam hal kelancaran menjawab pertanyaan,
hanya terlihat 4
(12,90%)
siswa. Dalam hal presentesi hasil diskusi, hanya terlihat 8 (25,80%) siswa yang mempresentasikan
hasil diskusi mereka. Terakhir, sebanyak 15 (48,38%) dari 31 siswa yang terlihat membuat kesimpulan.
Berdasarkan data dari
Tabel 9, dilakukan pengamatan permasalahan yang mengakibatkan nilai IPS rendah.
Permasalahan-permasalahan itu antara lain:
1. Kondisi
peserta didik ketika menerima pelajaran dari guru terlihat pasif dan hanya diam
saja. Ketika diminta menjawab pertanyaan, hanya dua siswa yang mau menjawab,
itu pun guru harus menunjuknya. Pasifnya peserta didik saat mengikuti
pembelajaran dikarenakan berapa kemungkinan. Pertama, siswa takut berbicara
untuk mengemukakan pendapatnya. Kedua, ketika guru menjelaskan, siswa tidak
memperhatikan sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.
2. Tidak
adanya kepercayaan pada diri sendiri. Hal ini tampak dari saling tunjuknya
mereka ketika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Kemungkinan
mereka mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan berbicara di depan kelas.
Dua
permasalahan yang dikemukakan
di atas disebabkan
oleh beberapa hal
berikut.
a.
Pembelajaran kurang menarik sehingga
secara umum perhatian dan motivasi siswa kurang.
b. Guru
cenderung menjadi sumber informasi dan pusat pembelajaran yang membuat siswa
pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan guru.
c. Nilai
yang dicapai siswa dalam dalam proses pembelajaran belum memuaskan.
d. Keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaaran relatif kecil.
e. Guru
tidak terbiasa memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki pencapaian
terbaik.
Faktor di atas
menyebabkan berkurangnya keaktifan
belajar siswa dalam merespon materi pembelajaran. Akibatnya, hasil ulangan
siswa kurang memuaskan.
3. Analisis
Data Penelitian pada Siklus I
a. Perencanaan
Tindakan
a)
Kompetensi Dasar: Menganalisis
pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial
budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan
b)
Indikator:
· Menganalisis
konsep mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas social
· Menganalisis
bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat Indonesia
· Menganalisis
faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial
b.
Pelaksanaan Tindakan
a)
Lima
menit digunakan untuk memotivasi kesiapan belajar siswa, mengecek kehadiran
siswa pada google form dan aplikasi
zoom meeting, dan memberi informasi kompetensi yang akan
dicapai.
b)
Lima
menit untuk mengidentifikasi permasalahan
bersama dengan siswa. Kemudian, guru melakukan tanya jawab seputar pemahaman awal siswa tentang mobilitas sosial
c)
Lima menit, guru memberi penjelasan materi mobilitas sosial dan meminta siswa untuk
belajar mandiri melalui link google dan bahan ajar
d)
Lima
belas menit, guru membagi kelas menjadi tujuh
kelompok dan mengkondisikan siswa untuk bekerja dalam kelompoknya dan membagi
lembar kerja.
e)
Lima menit,
guru memanggil kelompok tertentu untuk
mempresentasikan hasil kerjanya. Kemudian, kelompok yang lain memberi
tanggapan. Setelah selesai, guru memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil
mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik.
f)
Dua puluh menit, guru memberi soal
evaluasi kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Setelah selesai, soal
tersebut dibahas bersama.
g)
Lima menit,
guru dan siswa berkolaborasi
dalam melakukan refleksi dan membuat kesimpulan, dan memberi angket
kepada siswa, kemudian menutup
pembelajaran.
c.
Hasil Observasi pada Siklus I
Observasi merupakan
teknik pengumpulan data utama dalam penelitian upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap
pembelajaran IPS. Peneliti
dibantu oleh guru kolaborator melakukan pengamatan selama siswa
mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I. Observasi dilakukan mulai dari
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga penutup.
Proses pembelajaran
berlangsung pada saat siklus
I, beberapa
peserta didik terlihat masih belum berperan aktif. Hal ini dikarenakan siswa
baru pertama kali melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.
Bahkan, ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan dan berbicara
sendiri dengan temannya.
Dengan bimbingan guru,
siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Meskipun masih ada
yang belum aktif, kegiatan pembelajaran siklus I berhasil dilaksanakan hingga pertemuan berakhir.
Pada pertemuan ini, hasil pengamatan yang diperoleh terangkum dalam tabel 10
ini, pengamatan terhadap keaktifan
siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari total 31
orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil
Observasi Keaktifan Siswa dalam
Mengikuti Proses Pembelajaran IPS pada Siklus I
No. |
Aspek yang Diamati |
F |
% |
|
|
|
|
1. |
Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh |
28 |
90,32 |
|
|
|
|
2. |
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru |
20 |
64,51 |
|
|
|
|
3. |
Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat |
15 |
48,38 |
|
|
|
|
4. |
Kemampuan memecahkan masalah |
18 |
58,06 |
|
|
|
|
5. |
Kerja sama siswa dalam kelompok |
30 |
96,77 |
|
|
|
|
6. |
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan |
12 |
38,70 |
|
|
|
|
7. |
Mempresentasikan hasil
investigasi |
15 |
48,38 |
|
|
|
|
8. |
Membuat kesimpulan |
17 |
54,83 |
|
|
|
|
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran sudah mulai baik, tetapi masih ada
kekurangan dibeberapa aspek yang diharapkan akan dapat diperbaiki pada
pelaksanaan siklus II.
Hasil tes pada siklus I
dengan menggunakan metode pembelajaran model Kajian Kelompok terangkum dalam
tabel berikut.
Nilai (x) |
F |
% |
<
60 |
2 |
6,45 |
60
– 65 |
5 |
16,12 |
66
– 70 |
3 |
9,67 |
71
– 75 |
0 |
0 |
76
– 80 |
1 |
3,22 |
81
– 85 |
5 |
16,12 |
86
– 90 |
13 |
41,93 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Jumlah |
31 |
100 |
Tabel
11.
Distribusi Frekuensi Hasil Tes Pada Siklus 1
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 2 siswa (6,45%) mendapat nilai dibawah 60, 5 siswa (16,12%) mendapat nilai antara 60-65, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara
66-70, tidak ada siswa mendapat nilai antara
71-75, 1
siswa (3,22%)
mendapat nilai antara 76-80, dan 5
siswa (16,12%
) mendapat nilai antara 81-85,
13 siswa (41,93%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai
antara 91-95.
Tabel 12. Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Tes
Sebelum Tindakan dan Hasil Tes Siklus I
Sebelum Tindakan |
Siklus I |
||||
Nilai (x) |
F |
% |
Nilai
(x) |
F |
% |
< 60 |
1 |
3,22 |
<
60 |
2 |
6,45 |
60 - 65 |
7 |
22,58 |
60
– 65 |
5 |
16,12 |
66 - 70 |
4 |
12,90 |
66
– 70 |
3 |
9,67 |
71 - 75 |
10 |
32,25 |
71
– 75 |
0 |
0 |
76 - 80 |
8 |
25,80 |
76
– 80 |
1 |
3,22 |
81 - 85 |
1 |
3,22 |
81
– 85 |
5 |
16,12 |
86 - 90 |
0 |
0 |
86
– 90 |
13 |
41,93 |
91 - 95 |
0 |
0 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Jumlah |
31 |
100 |
Jumlah |
31 |
100 |
Berdasarkan tabel 12, menunjukkan peningkatan hasil jika
dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Hasil pada siklus
I terjadi penurunan 6,48
siswa yang mendapat nilai antara 60-65, dan terjadi peningkatan 12,90% siswa yang mendapat nilai antara
81-85, 41,93%
siswa yang mendapat nilai antara 86-90, dan 6,45% siswa yang mendapat nilai antara 91-95.
Merujuk pada rentang
nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.
Tabel 13. Ketuntasan
Hasil Tes Pada Siklus I
No. |
Kriteria Ketuntasan |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1. |
>75 |
Tuntas |
21 |
67,74 |
2. |
< 75 |
Belum tuntas |
10 |
32,26 |
Dari
31 siswa ternyata
yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas
minimal (KKM) 75 sebanyak 10
siswa (32,26%),
sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 21 siswa (67,74%). Sehingga dapat disimpulkan perlu diadakan siklus
berikutnya untuk memperbaiki nilai peserta didik kelas VIII A khususya pada
mata pelajaran IPS.
d.
Refleksi
Pembelajaran pada
siklus I difokuskan agar siswa dapat memahami materi mengenai konsep mobilitas sosial dengan menggunakan
model pembelajaran Problem Based
Learning.
Siklus ini belum
terlaksana secara optimal karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran
dengan model Problem Based
Learning
sehingga aktifitas siswa yang diharapkan belum muncul secara maksimal. Akan
tetapi, siswa merasa senang dengan model
pembelajaran ini. Hanya saja, pemahaman materi yang ada
belum semuanya terserap. Hal itu ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada siklus
I adalah 76,00.
Berdasarkan hal
tersebut di atas tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran pada
siklus I belum tercapai secara optimal. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran
pada siklus berikutnya perlu direncanakan lebih baik lagi.
Refleksi terhadap
aktifitas siswa pada siklus I adalah mulai munculnya keaktifan siswa seperti
siswa mulai berani mengajukan serta menjawab pertanyaan. Selain itu, suasana
gaduh yang timbul akibat siswa asyik sendiri telah mulai berkurang.
Hasil refleksi siklus I
menjadi tolok ukur persiapan langkah selanjutnya, yaitu rancangan pembelajaran
pada siklus II haruslah dapat dilaksanakan dengan lebih menarik dan
menyenangkan bagi siswa. Sehingga, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan
baik.
4.
Analisis
Data Penelitian Pada Siklus II
a. Perencanaan
Tindakan
a) Kompetensi
Dasar: Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap
kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan
b) Indikator:
· Menganalisis
saluran – saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam
kehidupan politik, ekonomi dan pendidikan
· Menghubungkan dampak positif dan negatif mobilitas sosial
dengan perubahan kehidupan sosial masyarakat Indonesia
b.
Pelaksanaan Tindakan
a)
Lima menit digunakan untuk
memotivasi kesiapan belajar siswa, mengecek kehadiran siswa pada google form dan aplikasi zoom meeting,
dan memberi informasi kompetensi yang akan dicapai.
b)
Lima menit untuk
mengidentifikasi permasalahan
bersama dengan siswa. Kemudian, guru melakukan tanya jawab seputar pemahaman awal siswa tentang dampak mobilitas
sosial
c)
Lima menit, guru
memberi penjelasan materi
saluran dan dampak mobilitas sosial dan meminta siswa untuk belajar mandiri
melalui link google dan bahan ajar
d)
Lima belas
menit, guru membagi kelas menjadi tujuh
kelompok dan mengkondisikan siswa untuk bekerja dalam kelompoknya dan membagi
lembar kerja.
e)
Lima menit, guru memanggil kelompok tertentu untuk mempresentasikan hasil kerjanya.
Kemudian, kelompok yang lain memberi tanggapan. Setelah selesai, guru memberi
penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasil kerjanya
dengan baik.
f)
Dua puluh menit, guru
memberi soal evaluasi kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Setelah
selesai, soal tersebut dibahas bersama.
g)
Lima menit, guru dan siswa berkolaborasi dalam melakukan refleksi dan membuat kesimpulan, dan memberi angket
kepada siswa, kemudian menutup
pembelajaran.
c.
Hasil Observasi pada Siklus II
Peneliti dibantu guru kolaborator melakukan
pengamatan selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II,
Observasi dilakukan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga
penutup. Proses pembelajaran siklus II diikuti oleh 31 siswa.
Aktifitas siswa sudah menunjukkan
kemajuan. Siswa telah ikut berperan aktif dalam pembelajaran karena model Problem Based Learning telah dilakukan dalam dua pertemuan. Pada pertemuan ini siswa
sudah ada yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara
spontan tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu walaupun masih ada beberapa siswa
yang harus ditunjuk untuk menjawab pertanyaan.
Pada siklus II ini keaktifan siswa mengalami
kemajuan yang cukup signifikan. Siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti
pembelajaran. Hal ini tampak pada keberanian siswa menjawab dan mengajukan
pertanyaan. Sehingga, pembelajaran pada siklus II sudah bisa berjalan seperti yang
diharapkan.
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran IPS menggunakan model Problem Based Learning ini
dapat dilihat pada tabel berikut.
No. |
Aspek yang Diamati |
F |
% |
|
|
|
|
1. |
Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh |
29 |
93,54 |
|
|
|
|
2. |
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru |
27 |
87,09 |
|
|
|
|
3. |
Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat |
25 |
80,64 |
|
|
|
|
4. |
Kemampuan memecahkan masalah |
26 |
83,87 |
|
|
|
|
5. |
Kerja sama siswa dalam kelompok |
30 |
96,77 |
|
|
|
|
6. |
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan |
26 |
83,87 |
|
|
|
|
7. |
Mempresentasikan hasil
investigasi |
25 |
80,64 |
|
|
|
|
8. |
Membuat kesimpulan |
28 |
90,32 |
|
|
|
|
Tabel 14. Hasil Observasi Partisipasi siswa dalam Mengikuti
Proses pembelajaran IPS Siklus II
Dari tabel
diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah
cukup baik dimana tabel diatas menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam belajar, pada siklus II ini siswa sudah aktif dalam bertanya
sebanyak 87,09%,
memecahkan masalah 83,87%,
kelancaran dalam menjawab 83,87,
dalam
kerja kelompok mencapai 96,77%,
mempresentasikan hasil diskusi 80,64%
dan membuat kesimpulan mencapai 90,32%.
Pada akhir siklus II, tes diberikan
untuk mengetahui sejauh mana model
pembelajaran Problem Based Learning berperan dalam penguasaan
materi IPS yang dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Hasil tes terrangkum
dalam tabel berikut.
Tabel
15.
Distribusi Frekuensi Hasil Tes pada Siklus II
Nilai (x) |
F |
% |
<
60 |
0 |
0 |
60
– 65 |
0 |
0 |
66
– 70 |
2 |
6,45 |
71
– 75 |
3 |
9,67 |
76
– 80 |
4 |
12,90 |
81
– 85 |
2 |
6,45 |
86
– 90 |
18 |
58,06 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Jumlah |
31 |
100 |
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 60,
demikian juga pada rentang 60-65 tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai pada
rentang tersebut, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 66-70, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara
71-75, 4
siswa (12,90%)
mendapat nilai antara 76-80, dan 2
siswa (6,45%
) mendapat nilai antara 81-85,
18 siswa (58,06%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai
antara 91-95.
Merujuk pada rentang
nilai yang telah ditetapkan, maka didapat hasil sebagai berikut
Tabel 16. Rentang Nilai dan Kriteria
NO |
Klasifikasi Nilai |
F |
% |
1 |
Kurang (≤ 70) |
5 |
6,45 |
2 |
Cukup (71-80) |
7 |
22,58 |
3 |
Baik (81-80) |
17 |
54,82 |
4 |
Baik sekali (91-100) |
2 |
6,45 |
|
Jumlah |
31 |
100 |
Berdasarkan tabel 16, 22,58% siswa berada dalam kategori cukup, 54,82% berada dalam kategori baik, 6,45% berada dalam kategori sangat
baik, dan (6,45%) siswa yang berada dalam kategori kurang.
Tabel 17. Nilai Rata-rata Hasil Tes pada
Akhir Siklus II
No. |
Kriteria |
Skor |
1. |
Nilai terendah |
70 |
2. |
Nilai tertinggi |
95 |
|
Rerata |
82,5 |
Hasil evaluasi belajar
siswa pada akhir siklus II menunjukkan bahwa nilai terendah yang didapat siswa
adalah 70 dan nilai tertingginya adalah 95.
Sehingga, nilai rata-ratanya adalah 82,50.
Tabel
18.
Persentase Nilai
Rata-rata Hasil Tes pada Akhir Siklus II
No. |
Kriteria Ketuntasan |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1. |
>75 |
Tuntas |
26 |
83,87 |
2. |
< 75 |
Belum tuntas |
5 |
16,13 |
Ketuntasan hasil tes pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based
Learning
siklus II menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan hasil tes
siklus I. Tabel 18
menunjukkan bahwa dari 31
siswa, yang masih belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari
batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 5 siswa (16,13%) sedangkan yang tuntas dengan
nilai lebih dari 75 adalah sebanyak 26
siswa (83,87%).
Setelah menganalisa data hasil belajar
pada siklus II, langkah selanjutnya adalah mengamati perbandingan keaktifan siswa dan nilai rata-rata antara
siklus I dan siklus II.
Tabel 19. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II
|
|
|
|
|
|
|||||||
No. |
Aspek
yang Diamati |
Perbandingan |
|
|
|
|||||||
Siklus I |
Siklus II |
|
||||||||||
|
|
|
||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
|
f |
% |
f |
% |
|
||||||
1. |
Memperhatikan
guru |
28 |
90,32 |
29 |
93,54 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
2. |
Keaktifan siswa |
20 |
64,51 |
27 |
87,09 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
3. |
Kemampuan
siswa dalam mengeluarkan pendapat |
15 |
48,38 |
25 |
80,64 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
4. |
Kemampuan
memecahkan masalah |
18 |
58,06 |
26 |
83,87 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
5. |
Kerjasama
siswa dalam kelompok |
30 |
96,77 |
30 |
96,77 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
6. |
Kelancaran
siswa dalam menjawab pertanyaan |
12 |
38,70 |
26 |
83,87 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
7. |
Mempresentasikan
hasil investigasi |
15 |
48,38 |
25 |
80,64 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
8. |
Membuat
kesimpulan |
17 |
54,83 |
28 |
90,32 |
|
||||||
|
|
|
|
|
|
|
||||||
|
Tabel 20. Perbandingan Distribusi Frekuensi
Hasil Tes Pada Siklus I dan II
Siklus I |
Siklus II |
||||
Nilai (x) |
F |
% |
Nilai (x) |
F |
% |
<
60 |
2 |
6,45 |
<
60 |
0 |
0 |
60
– 65 |
5 |
16,12 |
60
– 65 |
0 |
0 |
66
– 70 |
3 |
9,67 |
66
– 70 |
2 |
6,45 |
71
– 75 |
0 |
0 |
71
– 75 |
3 |
9,67 |
76
– 80 |
1 |
3,22 |
76
– 80 |
4 |
12,90 |
81
– 85 |
5 |
16,12 |
81
– 85 |
2 |
6,45 |
86
– 90 |
13 |
41,93 |
86
– 90 |
18 |
58,06 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Berdasarkan tabel 20, menunjukkan peningkatan hasil jika dibandingkan dengan siklus I. Hasil
pada siklus II mengalami penurunan
6,45% untuk siswa yang mendapat nilai kurang dari 60, 16,12%
untuk siswa yang nilai antara 60-65
dan terjadi peningkatan 9,67%
siswa yang mendapat nilai antara 71-75, 16,13% siswa yang mendapat nilai antara 86-90,
6,45% siswa mendapat nilai antara 91-95.
Tabel 21. Perbandingan Rentang Nilai dan Kriteria Hasil Tes
pada Siklus I dan Siklus II
No. |
Kriteria Nilai |
Siklus I |
Siklus II |
|
||
F |
% |
F |
% |
|||
1. |
Kurang ( <70 ) |
10 |
32,25 |
2 |
6,45 |
|
2. |
Cukup (71-80) |
1 |
3,22 |
7 |
22,58 |
|
3. |
Baik (81-90) |
18 |
58,06 |
17 |
54,82 |
|
4. |
Baik sekali (91-100) |
2 |
6,45 |
2 |
6,45 |
|
|
Jumlah |
36 |
100 |
31 |
100 |
Dari tabel 21, diketahui bahwa rentang nilai kriteria hasil tes siklus II mengalami
penurunan bagi kriteria siswa dengan kategori kurang dan cukup, perubahan yang
terjadi cukup signifikan.
Tabel
22.
Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II
No. |
Kriteria Nilai |
Siklus
I |
Siklus
II |
|
|
|
|
1. |
Nilai Terendah |
60 |
70 |
|
|
|
|
2. |
Nilai Tertinggi |
90 |
95 |
|
|
|
|
|
Nilai
Rerata |
74,84 |
82,50 |
|
|
|
|
Dari tabel 22, hasil perbandingan evaluasi belajar
pada siklus pada siklus II mengalami kenaikan, nilai yang didapat nilai terendah
70 dan nilai tertinggi 95
sehingga nilai rata-rata mengalami kenaikan 7,66.
Tabel
23.
Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
No. |
Kriteria |
Kategori |
|
Siklus I |
Siklus II |
|
||
Ketuntasan |
|
|
|
|
|
|
||
F |
|
% |
F |
% |
|
|||
|
|
|
|
|||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. |
>75 |
Tuntas |
21 |
|
67,74 |
26 |
83,87 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
<75 |
Belum tuntas |
10 |
|
32,26 |
5 |
16,13 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Dari tabel 23, ketuntasan belajar pada siklus II
menunjukkan adanya peningkatan 16,13%
untuk siswa yang sudah tuntas dan mengalami penurunan 16,13% untuk siswa yang belum tuntas.
d. Refleksi
II
Berdasarkan hasil
observasi siklus II , dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1). Siklus II proses pembelajaran dengan
menggunakan model Problem Based
Learning,
ditinjau dari keaktifan
dan hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa. Hal ini terlihat dari
suasana pembelajaran yang tidak lagi pasif. Pelaksanaan pembelajaran juga
terasa lebih hidup karena siswa sudah lebih memperhatikan, aktif mengeluarkan
pendapat, memecahkan masalah, kerjasama dalam menjawab pertanyaan, lancar dalam
menjawab pertanyaan, dan mempresentasikan hasil investigasinya dengan baik.
2). Disisi lain, siswa masih banyak
membutuhkan bimbingan dan pengarahan dalam pembelajarannya, juga dalam
mengerjakan tugas. Sehingga, perhatian penuh guru dan kesabaran dalam
membimbing serta mengarahkan siswa sangatlah diperlukan. Akan tetapi, bukan
berarti guru terlalu banyak memegang kendali proses pembelajaran. Sekalipun
siswa masih berusia SMP, rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam belajar
harus tetap ditanamkan.
3). Kesan siswa mengenai pembelajaran IPS
dengan model Problem Based
Learning
di kelasnya adalah sangat menyenangkan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini menuntut siswa berfikir kritis dalam penyelesaian masalah
sehingga
siswa lebih kreatif dan dapat mengeluarkan ide-ide serta
wawasannya yang luas terhadap materi pelajaran.
B. Pembahasan
Untuk dapat
melaksanakan pembelajaran IPS dengan baik dan mencapai hasil yang optimal,
pendekatan pembelajaran Saintifik model Problem
Based Learning dapat diterapkan. Model ini memberikan
kesempatan pada siswa untuk berfikir kritis dan fokus pada permasalahan untuk
menemukan alternatif penyelesaian masalah sehingga peserta didik terlibat
secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengidentifikasi permasalahan, mengemukakan pendapat
melalui diskusi dengan temannya dan guru, serta untuk apa topik ini
diinvestigasi.
Siswa saling berdiskusi
mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah, mengklarifikasi semua gagasan,
mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas, memberi tanggapan ataupun
mempertahankan pendapatnya, serta menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Model
Problem Based Learning dapat meningkatkan keinginan siswa
untuk mempelajari sesuatu karena mereka benar-benar tertarik dengan materinya.
Sehingga, prestasi siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran dan hasil tes
siswa mulai dari siklus I sampai siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan
ke arah yang lebih baik.
Hingga akhir siklus,
masih terdapat 5
siswa yang belum bisa mencapai batas tuntas minimal. Namun, penelitian tidak
dilanjutkan ke siklus III karena terbatasnya waktu. Kepada 5 siswa tersebut hanya diberi perlakuan
khusus, yaitu pemberian remidi hingga dapat mencapai batas tuntas minimal.
Penjelasan peningkatan
hasil proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Pada siklus I , siswa
baru pertama kali mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Dapat dilihat jika
siswa nampak agak canggung untuk mengidentifikasi masalah, mengemukakan pendapat, memecahkan
masalah, mengklarifikasi hasil kerjanya, menjawab pertanyaan dari kelompok
lain, serta menyanggah pendapat lain saat mempresentasikan hasil kerjanya di
depan kelas. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang memahami materi yang
sedang didiskusikan.
Pada siklus II, suasana
tampak lebih kondusif sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih baik. Hal
ini disebabkan siswa telah memahami tugasnya. Pada akhir siklus II, terbukti
hasil mereka mengalami peningkatan yang lebih baik lagi. Siswa juga memiliki
penguasaan materi yang lebih banyak karena mereka membaca lebih banyak. Diskusi
yang dilakukan siswa juga ikut menambah penguasaan materinya.
Poin penting dalam pembelajaran
model Problem Based Learning
ini adalah guru memfokuskan
siswa pada permasalahan yang terkait dengan materi kemudian diberikannya
kesempatan yang sangat luas pada semua siswa untuk menggali informasi serta mencari alternatif pemecahan masalah serta mengungkapkan pendapatnya
tentang segala hal yang terkait dengan materi pelajaran. Dengan demikian, siswa
dapat terbantu menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian untuk berbicara di
depan kelas, serta dapat menghilangkan rasa minder, terutama bagi mereka yang
mempunyai kemampuan rendah.
Sesuai dengan tujuan
penelitian yang dirumuskan dalam Bab I, yang salah satu diantaranya adalah
upaya meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, penelitian ini telah berhasil
mengupayakannya dengan cara menyosialisasikan model pembelajaran Problem Based Learning.
Dengan menggunakan model PBL,
guru memiliki berbagai pilihan metode yang dapat diterapkan untuk pembelajaaran
IPS.
Model Problem Based Learning efektif untuk
meningkatkan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini
menunjukkan bahwa tidak hanya keaktifan
siswa saja yang meningkat, tetapi juga prestasi belajarnya. Peningkatan keaktifan tersebut berdampak pada tumbuhnya
keterampilan sosial dan kemampuan emosional siswa. Kenyataan ini ditunjukkan
dengan adanya kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan guru, teman atau
kelompok lain berani mempertahankan pendapat ketika berdiskusi dan
mempresentasikan hasil karyanya, memiliki rasa tanggung jawab kepada diri
sendiri maupun pada kelompoknya. Berani mengemukakan pendapat pada waktu
terjadi diskusi. Semua siswa terlibat adanya upaya untuk mendapatkan
penghargaan dari guru maupun dari teman yang lain. Dari sini dapat dilihat jika
tingkat kepuasan siswa terhadap penerapan model Problem Based Learning sangat tinggi.
Kekecewaan juga terlihat pada sebagian siswa. Namun, kekecewaan ini dalam arti
yang baik. Siswa merasa kecewa karena
belum berhasil mengumpulkan nilai tertinggi. Hal tersebut menyebabkan merasa
tertantang dan berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan nilai
setinggi-tingginya.
Selain keaktifan dan penguasaan materi yang
meningkat, penerapan model Problem
Based Learning sangat efektif untuk memperbaiki dan meningkatkan
kenerja guru, baik dalam pengembangan perencanaan, pengembangan pembelajaran,
pengelolaan kelas, pengelolaan proses pembelajaran, sampai pemanfaatan media.
Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, situasi pembelajaran
menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena siswa tidak lagi menjadi obyek
pembelajaran, melainkan sebagai subyek pembelajaran. Banyak siswa merasa waktu
yang disediakan dalam proses pembelajaran sangatlah singkat. Hampir semua siswa
terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan memiliki tanggung untuk memecahkan permasalahan yang diugkapkan.
Pengetahuan dan penguasaan materi yang diperoleh siswa tak hanya bersumber dari
guru, melainkan juga bersumber dari informasi yang diperolah pada internet dan bahan ajar
yang dikembangkan dalam diskusi kelompok. Dari diskusi kelompok dan membaca
materi, siswa mendapat informasi yang dapat digunakan untuk menjawab soal-soal
dan untuk berdiskusi.
Tabel
35. Rekapitulasi Hasil Angket Siswa setelah KBM
No. |
Pertanyaan |
Jawaban |
Siklus
I |
Siklus |
|
(%) |
II
(%) |
|
|||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
1. |
Apakah guru menjelaskan
langkah-langkah |
Ya |
90 |
94 |
|
|
kegiatan belajar mengajar? |
|
|
|
|
|
Tidak |
10 |
6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Apakah pembelajaran model
Kajian |
Ya |
85 |
100 |
|
Kelompok mendorong kamu lebih
kreatif? |
|
|
|
|
|
Tidak |
15 |
0 |
|
||
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
3. |
Apakah dengan pembelajaran
model |
Ya |
90 |
98 |
|
|
Kajian Kelompok menyenangkan? |
|
|
|
|
|
Tidak |
10 |
2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apakah pembelajaran model
Kajian |
Ya |
65 |
90 |
|
4. |
Kelompok membuat kamu mudah |
|
|
|
|
Tidak |
35 |
10 |
|
||
|
memahami pelajaran? |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Apakah kamu mengalami kesulitan
dalam |
Ya |
25 |
2 |
|
|
pembelajaran? |
|
|
|
|
|
Tidak |
75 |
98 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apakah kamu akan membantu jika
ada |
Ya |
70 |
100 |
|
6. |
teman sekelompok yang mengalami |
|
|
|
|
Tidak |
30 |
0 |
|
||
|
kesulitan dalam belajar? |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Hasil
Observasi |
|
|
|
|
Berdasarkan hasil angket siswa setelah
kegiatan belajar mengajar pada siklus II, 98% siswa yang merasa senang, 100%
siswa merasa model Kajian Kelompok mendorong mereka lebih kreatif, 2% siswa
merasa kesulitan dalam pembelajarannya, dan 100% siswa akan membantu apabila
temannya mengalami kesulitan.
BAB
V
KESIMPULAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah dilakukan,
maka dapat ditarik. kesimpulan sebagai berikut.
1. Model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) dapat menumbuhkan semangat belajar siswa
sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, siswa lebih aktif, serta
tidak cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di setiap siklusnya. Hal
ini dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan
siswa seperti berdiskusi antar siswa dan siswa dengan guru. Begitu pula
aktifitas siswa dalam kelompok, seperti mengemukakan pendapat dan bertanya
jawab pada kelompok lain dan guru, berani mempresentasikan hasil kerja
kelompok, serta menanggapi pertanyaan dari teman atau kelompok lain. Pada
siklus kedua, keaktifan
siswa semakin meningkat dan proses pembelajaran terlaksana semakin baik.
2. Penerapan
pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat
meningkatkan keaktifan
dan hasil dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala. Data membuktikan adanya peningkatan
persentase keaktifan
belajar dan hasil belajar siswa di setiap akhir siklus. Prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut. Nilai rata-rata pada siklus I 74,84, pada siklus II 82,50. Hal yang sama juga terjadi pada
peningkatan jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan ( > 75).
Sebelum tindakan, 17
siswa ( 54,83%
) mencapai batas minimal ketuntasan,
siklus I sebanyak 21
siswa ( 67,74% ), dan siklus II menjadi 26 siswa ( 83,87%
). Lima
siswa belum mencapai batas minimal ketuntasan dan penelitian tidak dilanjutkan
ke siklus III karena terbatasnya waktu. Kedua siswa tersebut hanya diberikan
remidi sampai dapat mencapai ketuntasan minimal.
3. Penerapan
model Problem Based Learning yang
divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok dapat mengatasi
peserta didik yang perhatiannya terhadap pelajaran kurang serta kurang mampu memahami
materi yang disampaikan.
B. Saran
1. Guru
dapat menggunakan model Problem
Based Learning karena mempunyai kelebihan, yaitu dapat meningkatkan fokus siswa pada materi karena diberikan
contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi
sehingga penyampaian materi pelajaran lebih cepat dan dapat
mengejar materi yang ketinggalan tanpa mengabaikan potensi dan aktifitas
peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung namun tetap dapat
meningkatkan keaktifan
belajar dan penguasaan materi.
2. Guru
dapat menggunakan model Problem
Based Learning untuk dijadikan alternatif karena dapat
meningkatkan aktivitas dan kreativitas guru dalam upaya meningkatkan penguasaan
materi IPS.
3. Oleh
karena itu, instansi terkait dapat mensosialisasikannya kepada para guru agar
mutu pendidikan juga ikut meningkat.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini. 2006. . Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Aqib,
Zainal, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Jaim.
2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Alfa Beta.
-----------. 2005. “Ilmu Pengetahuan
Sosial 04”. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional.
Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan
Praktek Penelitian Tindakan. Bandung: CV. Alfa Beta.
“pendidik”. Kamus Bahasa Indonesia
Online. 2011. Diakses tanggal 31 Maret 2011.
(http://kamusbahasaindonesia.org/guru).
Sardiman. 2
007. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Agus
Suprijono. 2009. Cooperatif Learning.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends dalam
Trianto. karakteristik model Problem
Based Learning (PBL).
http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaran--masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaran-berbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/
Ibrahim
dan Nur. 2000. model Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem Based
Learning). http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-based-
learning.html
Lampiran I
RPP Siklus I
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SMP Negeri 1
Kuala
Mata
Pelajaran : IPS
Materi
pokok/Sub Materi : Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kehidupan Sosial dan
Kebangsaan/
Mobilitas Sosial
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Alokasi
Waktu : 60 Menit (Daring)
Pertemuan
Ke : 1 (Pertama)
A. Kompetensi Inti (KI)
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual,
konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi
Dasar |
Indikator
Pencapaian Kompetensi |
3.2 Menganalisis
pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial
budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan
4.2 Menyajikan
hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda
terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan. |
3.2.1 Menguraikan
konsep mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas sosial 3.2.2 Menganalisis
bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat Indonesia 3.2.3 Menganalisis
faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial
4.2.1.
Membuat narasi essay tentang bentuk- bentuk
Mobilitas Sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat
Indonesia |
Penguatan
Pendidikan Karakter |
Bersyukur,
Toleransi, Peduli |
C.
Tujuan
Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran
daring dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, peserta
didik diharapkan mampu :
1. Menguraikan
konsep Mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas sosial
dengan benar
2. Menganalisis
bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
budaya masyarakat Indonesia dengan benar.
3. Menganalisis
faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial dengan
baik
4. Menunjukkan
sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa bersama
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan santun
5. Menunjukkan
sikap toleransi dengan menghargai perbedaan sesama teman pada saat berdoa
bersama
6. Menunjukkan
sikap peduli dengan mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan temannya
secara santun
D. Materi Pembelajaran
1. Konsep Mobilitas
2. Bentuk – bentuk Mobilitas
3. Faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial
E. Pendekatan dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : Diskusi Kelompok melalui chat zoom meeting dan
WA grup
3. Model Pembelajaran : Problem Based Learning
F. Media dan Sumber Belajar
1. Media
a. Berbagai gambar tentang Mobilitas Sosial
b. Power point
c. Aplikasi whatsaap, zoom meeting dan google form
2. Sumber Belajar
a. Buku siswa dan buku guru IPS kelas VIII
Mukminan, dkk . 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk SMP/MTs kelas VIII (8). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Kutipan tulisan internet dengan situs web https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/09/090000169/definisi-dan-jenis-mobilitas-sosial
G.
KEGIATAN
PEMBELAJARAN
|
|
Kegiatan |
|
|
Sintaks
Model |
|
|
|
Deskripsi
Kegiatan |
|
|
Alokasi |
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
PBL |
|
|
|
|
|
Waktu |
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
Pendahuluan |
|
|
|
1. |
Peserta didik
merespon salam dari guru melalui |
|
10 menit |
|
||||||||||||||||||||||||
|
(Sinkron |
|
|
|
|
|
tatap
maya zoom meeting dilanjutkan berdoa bersama |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
melalui Zoom Meeting) |
|
|
|
|
|
sesuai
agama masing-masing (bersyukur;
toleransi) |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Peserta didik bersama guru mengkondisikan kelas dengan mengecek kehadiran siswa di
goole form dan kesiapan kelompok yang telah diberitahukan
sebelumnya |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tetap
semangat belajar dirumah ditengah pandemi Covid 19 |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Apersepsi : Guru
menghubungkan materi dengan Pengetahuan
awal peserta didik. Misal mengajukan
Pertanyaan, Apakah kalian tahu masing-
masing pekerjaan orangtua kalian
? adakah
diantara kalian yang orangtuanya pernah pindah tugas? |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Peserta
didik menerima informasi mengenai materi, |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tujuan,
dan alur pembelajaran yang akan dilakukan |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
Kegiatan
Inti |
|
Tahap – 1 |
|
KEGIATAN LITERASI |
15
menit |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
a. Peserta
didik diminta untuk
mengamati berbagai |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
Orientasi siswa pada masalah |
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
(Sinkron melalui
Zoom Meeting) |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. Berdasarkan pengamatan, peserta didik diminta untuk |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
memberikan
komentar terhadap gambar yang diamati a.
Peserta didik diminta fokus pada
permasalahan kebangkrutan perekonomian yang ada disekitar sekolah sebagai
dampak mobilitas sosial |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Tahap – 2 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) |
10
menit |
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
(1) Peserta didik
diajak untuk merespon
kondisi Pertokoan disekitar sekolah yang banyak mengalami
kebangkrutan (Peduli) |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Mengorganisasi |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(2) |
Peserta
didik diminta untuk fokus ke
pembahasan |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
siswa untuk belajar |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
bentuk – bentuk mobilitas sosial dan
pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya
masyarakt Indonesia |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
Kegiatan |
|
|
Sintaks
Model |
|
|
|
Deskripsi
Kegiatan |
|
|
|
Alokasi |
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
PBL |
|
|
|
|
|
|
Waktu |
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 3 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) DAN |
|
|
|
|
15 menit |
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok |
|
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS) |
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Mengumpulkan Data: |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
1. Peserta didik diminta mengumpulkan informasi
atau data dari berbagai sumber seperti
membaca buku siswa, mencari di internet dengan alamat web https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/09/090000169/definisi-dan-jenis-mobilitas-sosial untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan
tentang mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya Mengolah Data 1.
Peserta
didik berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan tentang mobilitas
sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya 2.
Satu
persatu peserta didik diminta mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok
untuk membuat kesimpulan bersama dari hasil analisis kelompoknya |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 4 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) |
|
|
|
15 menit |
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Peserta |
didik |
dalam |
kelompok |
diminta |
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Mengembangkan |
|
mempresentasikan |
hasil |
kesimpulan awalnya
di |
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Whatsapp
grup |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
dan menyajikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
2. Kelompok |
lain diminta |
memberi tanggapan |
s |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
hasil karya |
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
jawaban kelompok yang dipresentasikan. |
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Peserta didik mengisi Lembar Kerja Peserta
Didik |
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
yang telah
disediakan guru secara mandiri (Integritas) |
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 5 |
|
CREATIVITY (KREATIVITAS) |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 menit |
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Menganalisis dan |
|
1. Peserta didik bersama guru mengambil
simpulan |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
mengevaluasi |
|
atas jawaban yang telah ditanggapi
bersama |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
proses pemecahan |
|
2.
Peserta |
didik |
diberi |
kesempatan |
untuk |
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
masalah |
|
mengungkapkan kesulitan
yang dialami dalam |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
pembelajaran
pada kolom refleksi |
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
Penutup
(Sinkron Melalui Zoom meeting) |
|
|
|
|
1.
Guru memberikan respon dan kesimpulan dari hasil refleksi
siswa 2.
Guru menyampaikan sub Materi yang
akan dipelajari dalam pertemuan berikutnya 3.
Guru memotivasi peserta didik agar
tetap semangat belajar dari rumah serta selalu menjaga kesehatan dengan
menerapkan protokol kesehatan |
|
10 menit |
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||
H. Penilaian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||
1. Penilaian
sikap: Sikap sosial dan sikap spiritual yang ditunujukkan siswa selama proses
pembelajaran daring (terlampir)
2. Penilaian
Pengetahuan : Tugas tertulis Uraian, (pedoman penilaian terlampir)
3. Penilaian
keterampilan : Unjuk kerja kegiatan pembelajaran online.
I.
Kegiatan
Remedial dan Pengayaan
1)
Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan dalam pemberian tugas bagi
peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis
penilaian, KKM mata pelajaran IPS kelas VIII adalah 70.
2)
Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan analisis penilaian, peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk
perluasan dan pendalaman materi Saluran Mobilitas Sosial
J.
Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Penilaian
sikap
a. Sikap
Spiritual
Teknik : observasi
Bentuk instrumen : jurnal
(terlampir)
b. Sikap
Sosial
Teknik : Observasi
Bentuk Instrumen
: Jurnal (terlampir), penilaian diri (terlampir), dan penilaian antar teman
(terlampir)
2.
Penilaian pengetahuan
Jenis Soal : Tes tertulis
Bentuk tes : Uraian terstruktur
1. kisi-kisi soal,
HOTS.
2. Kartu soal
3. Kata
Kunci
4. Pedoman penskoran
3. Penilaian
Keterampilan
-
Penilaian Unjuk
Kerja
-
Penulisan Essay
-
Instrumen Penilaian Essay (terlampir)
Mengetahui Kuala, Juli 2020
Kepala
SMP Negeri 1 Kuala GMP
IPS
SURIAMAN, M.Pd SEPTY PURNAMA SARI, S.Pd
NIP. 19610111 198202
1 001 NIP. –
RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
Satuan
Pendidikan : SMP Negeri 1
Kuala
Mata
Pelajaran : IPS
Materi
pokok/Sub Materi : Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kehidupan Sosial dan
Kebangsaan/
Mobilitas Sosial
Kelas/Semester : VIII / Ganjil
Alokasi
Waktu : 60 Menit (Daring)
Pertemuan
Ke : 2 (Kedua)
A. Kompetensi Inti (KI)
1.
Menghargai dan menghayati ajaran
agama yang dianutnya.
2.
Menghargai dan menghayati perilaku
jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun,
percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
3.
Memahami pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
4.
Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam
ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan
ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori.
B.
Kompetensi
Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi
Dasar |
Indikator
Pencapaian Kompetensi |
3.2
Menganalisis pengaruh interaksi sosial
dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan
kehidupan kebangsaan
4.2 Menyajikan
hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda
terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan. |
3.2.4 Menganalisis
saluran - saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam kehidupan politik,
ekonomi dan pendidikan 3.2.5 Menghubungkan
dampak positif dan negatif mobilitas sosial dengan perubahan sosial
masyarakat Indonesia
4.2.1.
Membuat narasi essay tentang dampak
positif dan negatif mobilitas sosial serta pengaruhnya terhadap kehidupan
sosial masyarakat Indonesia |
Penguatan
Pendidikan Karakter |
Religius, Toleransi, Peduli |
C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran daring dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik diharapkan mampu :
1.
Menganalisis saluran –
saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan
pendidikan dengan benar (HOTS – C4)
2.
Menghubungkan dampak
positif dan negatif mobilitas sosial dengan perubahan sosial masyarakat
Indonesia dengan benar. (HOTS – C4)
3. Menunjukkan
sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa bersama
sebelum dan sesudah pembelajaran dengan santun (Religius – PPK)
4. Menunjukkan
sikap toleransi dengan menghargai perbedaan sesama teman pada saat berdoa
bersama (toleransi – PPK )
5. Menunjukkan
sikap peduli dengan mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan temannya
secara santun (peduli – PPK)
D.
Materi
Pembelajaran
1. Saluran
Mobilitas
2. Dampak
Mobilitas
E.
Pendekatan
dan Model Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik - TPACK
2. Metode : Diskusi Kelompok
melalui chat zoom meeting dan
WA grup
3. Model Pembelajaran :
Problem Based Learning
F.
Media
dan Sumber Belajar
1. Media
a. Berbagai
gambar tentang Saluran dan Dampak Mobilitas Sosial
b. Power
point
c. Aplikasi
whatsaap, zoom meeting dan google form
2. Sumber
Belajar
a. Buku
siswa dan buku guru IPS kelas VIII
Mukminan,
dkk . 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk SMP/MTs kelas VIII (8).
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
b. Kutipan
tulisan internet dengan situs web
http://pustakasosiologi.blogspot.com/2013/01/saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial.html
https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/saluran-saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial/
G. KEGIATAN PEMBELAJARAN
|
|
Kegiatan |
|
|
Sintaks
Model |
|
|
|
Deskripsi
Kegiatan |
|
|
Alokasi |
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
PBL |
|
|
|
|
|
Waktu |
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
Pendahuluan |
|
|
|
1. |
Peserta didik
merespon salam dari guru melalui |
|
10 menit |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
(Sinkron |
|
|
|
|
|
tatap
maya zoom meeting dilanjutkan berdoa bersama |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
melalui Zoom Meeting) |
|
|
|
|
|
sesuai
agama masing-masing (Religius; toleransi -PPK) |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
2.
Peserta didik bersama guru mengkondisikan kelas dengan mengecek kehadiran siswa di
goole form dan kesiapan kelompok yang telah
diberitahukan sebelumnya |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
3.
Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tetap
semangat belajar dirumah ditengah pandemi Covid 19 (Peduli
– PPK) |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
4. Apersepsi : Guru bertanya tentang materi sebelumnya
dan menghubungkannya dengan
pengalamannya. Misal mengajukan Pertanyaan, Apakah kalian masih ingat apa itu mobilitas sosial?
Apa sajakah faktor yang menyebabkan terjadi mobilitas ? (Communication
– 4C) |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
5. Peserta didik menerima informasi
mengenai materi, |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
tujuan,
dan alur pembelajaran yang akan dilakukan |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
Kegiatan
Inti |
|
Tahap – 1 |
|
KEGIATAN LITERASI |
15
menit |
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
a. Peserta
didik diminta untuk
mengamati berbagai |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
Orientasi siswa pada masalah |
|
gambar
tentang saluran dan dampak mobilitas
sosial |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
(Sinkron melalui
Zoom Meeting) |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
b. Berdasarkan pengamatan, peserta
didik diminta untuk |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
memberikan
komentar terhadap gambar yang diamati a.
Peserta didik diminta fokus pada
permasalahan kebangkrutan perekonomian yang ada disekitar sekolah sebagai
dampak mobilitas sosial |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Tahap – 2 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) |
10
menit |
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
(1) Peserta didik
diajak untuk merespon
kondisi Pertokoan disekitar sekolah yang banyak mengalami
kebangkrutan (Peduli - PPK) |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
Mengorganisasi |
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
(2) |
Peserta
didik diminta untuk fokus ke
pembahasan |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
siswa untuk belajar |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Dampak positif dan negatif mobilitas
sosial terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat
Indonesia |
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
Kegiatan |
|
|
Sintaks
Model |
|
|
|
Deskripsi
Kegiatan |
|
|
|
Alokasi |
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
PBL |
|
|
|
|
|
|
Waktu |
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 3 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) DAN |
|
|
|
|
15 menit |
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Membimbing penyelidikan individu maupun
kelompok |
|
CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS) |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Mengumpulkan Data: |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Peserta didik diminta mengumpulkan informasi
atau data dari berbagai sumber seperti
membaca bahan ajar, buku siswa, dan mencari informasi lain di internet dengan
alamat web http://pustakasosiologi.blogspot.com/2013/01/saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial.html untuk menjawab
pertanyaan yang telah dirumuskan tentang dampak positif dan negatif mobilitas
sosial serta pengaruhnya terhadap
kehidupan sosial budaya (Technology –
STEAM)
Mengolah Data 1. Peserta didik
berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan tentang dampak positif
dan negatif mobilitas sosial serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial
budaya (Science – STEAM) 2.
Satu
persatu peserta didik diminta mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok
untuk membuat kesimpulan bersama dari hasil analisis kelompoknya |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 4 |
|
COLLABORATION (KERJASAMA) |
|
|
|
15 menit |
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1. Peserta |
didik |
dalam |
kelompok |
diminta |
|
|
|
|
|||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Mengembangkan |
|
mempresentasikan |
hasil |
kesimpulan awalnya
di |
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
Whatsapp
grup |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
dan menyajikan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
2. Kelompok |
lain diminta |
memberi tanggapan |
s |
|
|
|
||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
hasil karya |
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
jawaban kelompok yang dipresentasikan. |
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3. Peserta didik mengisi Lembar Kerja Peserta
Didik |
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
yang telah
disediakan guru secara mandiri (Integritas) |
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Tahap – 5 |
|
CREATIVITY (KREATIVITAS) |
|
|
|
|
|
|
|
|
5 menit |
||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
Menganalisis dan |
|
1. Peserta didik bersama guru mengambil
simpulan |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
mengevaluasi |
|
atas jawaban yang telah ditanggapi
bersama |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
proses pemecahan |
|
2.
Peserta |
didik |
diberi |
kesempatan |
untuk |
|
|
|||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
masalah |
|
mengungkapkan kesulitan
yang dialami dalam |
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
pembelajaran pada kolom refleksi |
|
|
|
|
|
||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||||||||||||||
|
Penutup
(Sinkron Melalui Zoom meeting) |
|
|
|
|
1.
Guru memberikan respon dan kesimpulan dari hasil refleksi
siswa 2.
Guru menyampaikan sub Materi yang
akan dipelajari dalam pertemuan berikutnya 3.
Guru memotivasi peserta didik agar
tetap semangat belajar dari rumah serta selalu menjaga kesehatan |
|
10 menit |
|||||||||||||||||||||||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||||||||||
H. Penilaian |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
||||||||||||||||
1. Penilaian
sikap: Sikap sosial dan sikap spiritual yang ditunujukkan siswa selama proses
pembelajaran daring (terlampir)
2. Penilaian
Pengetahuan : Tugas tertulis Uraian, (pedoman penilaian terlampir)
3. Penilaian
keterampilan : Unjuk kerja kegiatan pembelajaran online.
I.
Kegiatan
Remedial dan Pengayaan
1)
Pembelajaran Remedial
Pembelajaran remedial dilakukan dalam pemberian tugas bagi
peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis
penilaian, KKM mata pelajaran IPS kelas VIII adalah 70.
2)
Pembelajaran Pengayaan
Berdasarkan analisis penilaian, peserta didik yang sudah
mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk
perluasan dan pendalaman materi Pluralitas Masyarakat Indonesia
J.
Penilaian Hasil Pembelajaran
1. Penilaian
sikap
a. Sikap
Spiritual
Teknik : observasi
Bentuk instrumen : jurnal
(terlampir)
b. Sikap
Sosial
Teknik : Observasi
Bentuk Instrumen
: Jurnal (terlampir), penilaian diri (terlampir), dan penilaian antar teman
(terlampir)
2.
Penilaian pengetahuan
Jenis Soal : Tes tertulis
Bentuk tes : Uraian terstruktur
1. kisi-kisi soal,
HOTS.
2. Kartu soal
3. Kata
Kunci
4. Pedoman penskoran
3. Penilaian
Keterampilan
-
Penilaian Unjuk
Kerja
-
Penulisan Essay
-
Instrumen Penilaian Essay (terlampir)
Mengetahui Kuala, Juli 2020
Kepala
SMP Negeri 1 Kuala GMP
IPS
SURIAMAN, M.Pd SEPTY PURNAMA SARI, S.Pd
NIP. 19610111 198202 1 001 NIP. –
Lampiran II
Instrumen Pengumpul Data
Lembar
pengamatan untuk keaktifan siswa dengan
model Problem Based Learning (PBL)
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kuala
Alamat : Jl Gajah Mada No. 1, Kecamatan Kuala, Kab. Langkat
Nama Guru : NIP :
Peneliti : Septy Purnama Sari, S.Pd
Mapel : IPS Kelas/ Smstr : VIII/ 1
Hari/ tanggal :
Materi : Mobilitas Sosial
No.
|
Kegiatan
Siswa |
Siswa yang
diamati sesuai No urut Absen |
Jumlah |
(%) |
|||||||||||||||||
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
7 |
8 |
9 |
10 |
11 |
12 |
13 |
14 |
15 |
16 |
17 |
dst |
||||
1 |
Memperhatikan
penjelasan materi dari guru dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan
(mencatat materi yang disampaikan guru, menyimak dengan baik). |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2 |
Bertanya
kepada guru(bertanya tentang materi yang kurang jelas). |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3 |
Mengemukakan pendapat |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
4 |
Kemampuan memecahkan masalah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5 |
Kerjasama Dalam Kelompok |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
a.
Berdiskusi dengan teman sekelompok
maupun teman dalam kelompok lain tentang permasalahan.
b.
Memberikan pendapat atas masalah dan
solusinya. |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
6 |
Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
7 |
Presentasi
kelompok (mampu mengkomunikasikan hasil pikiran dan penemuan
secara lisan atau penampilan). |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8 |
Membuat kesimpulan |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Jumlah |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Langkat, 20 Oktober 2020
Pengamat,
Septy
Purnama Sari, S.Pd
Hasil Observasi Keaktifan Siklus I
Rekapitulasi pengamatan
untuk keaktifan siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)
No. |
Aspek yang
Diamati |
F |
% |
|
|
|
|
1. |
Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh |
28 |
90,32 |
|
|
|
|
2. |
Keaktifan
siswa dalam bertanya kepada guru |
20 |
64,51 |
|
|
|
|
3. |
Kemampuan siswa
dalam mengemukakan pendapat |
15 |
48,38 |
|
|
|
|
4. |
Kemampuan
memecahkan masalah |
18 |
58,06 |
|
|
|
|
5. |
Kerja sama
siswa dalam kelompok |
30 |
96,77 |
|
|
|
|
6. |
Kelancaran siswa
dalam menjawab pertanyaan |
12 |
38,70 |
|
|
|
|
7. |
Mempresentasikan
hasil investigasi |
15 |
48,38 |
|
|
|
|
8. |
Membuat
kesimpulan |
17 |
54,83 |
|
|
|
|
Pengamatan terhadap
keaktifan siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari
total 31 orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai
berikut:
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah
mulai baik, tetapi masih ada kekurangan dibeberapa aspek yang diharapkan akan
dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.
Hasil Observasi Keaktifan Siklus II
Rekapitulasi pengamatan
untuk keaktifan siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)
Pengamatan terhadap
keaktifan siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari
total 31 orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai
berikut:
No. |
Aspek yang Diamati |
F |
% |
|
|
|
|
1. |
Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh |
29 |
93,54 |
|
|
|
|
2. |
Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru |
27 |
87,09 |
|
|
|
|
3. |
Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat |
25 |
80,64 |
|
|
|
|
4. |
Kemampuan memecahkan masalah |
26 |
83,87 |
|
|
|
|
5. |
Kerja sama siswa dalam kelompok |
30 |
96,77 |
|
|
|
|
6. |
Kelancaran siswa dalam menjawab
pertanyaan |
26 |
83,87 |
|
|
|
|
7. |
Mempresentasikan hasil investigasi |
25 |
80,64 |
|
|
|
|
8. |
Membuat kesimpulan |
28 |
90,32 |
|
|
|
|
Dari tabel diatas
dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah
cukup baik karena sudah ada peningkatan yang signifikan dibandingkan siklus I
Rekapitulasi Hasil Belajar
Siswa Pada siklus I
Rekapitulasi Hasil Penilaian
Pengetahuan Pada Siklus I
Nilai (x) |
F |
% |
<
60 |
2 |
6,45 |
60
– 65 |
5 |
16,12 |
66
– 70 |
3 |
9,67 |
71
– 75 |
0 |
0 |
76
– 80 |
1 |
3,22 |
81
– 85 |
5 |
16,12 |
86
– 90 |
13 |
41,93 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Jumlah |
31 |
100 |
Hasil tes pengetahuan pada siklus I dengan
menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dikelas VIII - A
terangkum dalam tabel berikut:
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 2 siswa (6,45%) mendapat nilai dibawah 60, 5 siswa (16,12%) mendapat nilai antara 60-65, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara
66-70, tidak ada siswa mendapat nilai antara
71-75, 1
siswa (3,22%)
mendapat nilai antara 76-80, dan 5
siswa (16,12%
) mendapat nilai antara 81-85,
13 siswa (41,93%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai
antara 91-95.
No. |
Kriteria
Ketuntasan |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1. |
>75 |
Tuntas |
21 |
67,74 |
2. |
< 75 |
Belum tuntas |
10 |
32,26 |
Merujuk pada rentang
nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.
Dari
31 siswa ternyata
yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas
minimal (KKM) 75 sebanyak 10
siswa (32,26%),
sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 21 siswa (67,74%). Sehingga dapat disimpulkan perlu diadakan siklus
berikutnya untuk memperbaiki nilai peserta didik kelas VIII A khususya pada
mata pelajaran IPS.
Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II
Rekapitulasi Hasil Penilaian
Pengetahuan Pada Siklus II
Nilai (x) |
F |
% |
<
60 |
0 |
0 |
60
– 65 |
0 |
0 |
66
– 70 |
2 |
6,45 |
71
– 75 |
3 |
9,67 |
76
– 80 |
4 |
12,90 |
81
– 85 |
2 |
6,45 |
86
– 90 |
18 |
58,06 |
91
– 95 |
2 |
6,45 |
Jumlah |
31 |
100 |
Hasil tes pengetahuan pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning dikelas VIII - A terangkum dalam tabel
berikut:
Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 60,
demikian juga pada rentang 60-65 tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai pada
rentang tersebut, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 66-70, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara
71-75, 4
siswa (12,90%)
mendapat nilai antara 76-80, dan 2
siswa (6,45%
) mendapat nilai antara 81-85,
18 siswa (58,06%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai
antara 91-95.
No. |
Kriteria
Ketuntasan |
Kategori |
Frekuensi |
% |
1. |
>75 |
Tuntas |
26 |
83,87 |
2. |
< 75 |
Belum tuntas |
5 |
16,13 |
Merujuk pada rentang
nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.
Dari
31 siswa ternyata
yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas
minimal (KKM) 75 sebanyak 5
siswa (16,13%),
sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 26 siswa (83,87%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh
pada siklus II sudah mencapai tingkat ketuntasan
KUESIONER
PENDAPAT SISWA MENGENAI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
Jenis Kelamin :
Kelas :
Berilah tanda checklist (V) pada salah
satu pernyataan di bawah ini sesuai dengan kenyataan atau pendapat anda selama
kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Jawaban
saudara tidak berpengaruh terhadap penilaian hasil belajar. Mohon diisi semua
dengan jujur. Terima kasih atas bantuannya.
No. |
Pernyataan |
SS |
S |
KS |
TS |
Alasan |
1 |
Saya lebih
senang belajar dengan menggunakan model problem
based learning dibandingkan dengan cara belajar yang lainnya. |
|
|
|
|
|
2 |
Saya lebih
bersemangat dalam mempelajari geografi dengan menggunakan model problem based learning. |
|
|
|
|
|
3 |
Saya ingin
dalam setiap mengajar, guru menggunakan model problem based learning. |
|
|
|
|
|
4 |
Saya lebih
mudah memahami materi pembelajaran geografi dengan belajar model problem based learning |
|
|
|
|
|
5 |
Penggunaan
model problem based learning sangat bermanfaat bagi mata pelajaran geografi. |
|
|
|
|
|
6 |
Model problem based learning cocok untuk materi yang sulit. |
|
|
|
|
|
7 |
Penggunaan
model problem based learning membuat peka dan kritis terhadap materi yang
dipelajari. |
|
|
|
|
|
8 |
Penggunaan
model problem based learning dapat menggali potensi yang ada pada diri saya. |
|
|
|
|
|
9 |
Saya merasa
senang dengan model problem based
learning karena menuntut kerjasama yang baik dalam kelompok. |
|
|
|
|
|
10 |
Model problem based learning memberikan kesempatan lebih banyak untuk
berdiskusi dan saling tukar pendapat dengan teman. |
|
|
|
|
|
11 |
Dengan
menggunakan model problem based learning memungkinkan saya untuk
belajar bukan dari guru saja, tetapi juga dari siswa yang lainnya. |
|
|
|
|
|
12 |
Penggunaan
model problem based learning membuat aktif dalam kelompok. |
|
|
|
|
|
13 |
Model problem based learning yang digunakan guru dalam mengajar sangat membantu
saya dalam meningkatkan hasil belajar. |
|
|
|
|
|
14 |
Model problem based learning membuat saya lebih aktif belajar. |
|
|
|
|
|
15 |
Dengan
menggunakan model problem based learning,saya dapat belajar cara
menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain. |
|
|
|
|
|
Keterangan
:
SS : Sangat
Setuju, jika pernyataan dalam angket sesuai kondisi atau situasi di
lapangan dan cocok untuk dikembangkan karena sangat membantu
meningkatkan
keaktifan dan hasil belajar siswa.
S : Setuju,
jika
pernyataan dalam angket sesuai kondisi
atau situasi di
lapangan dan
cocok untuk dikembangkan karena cukup membantu
meningkatkan keaktifan
dan hasil belajar siswa.
KS : Kurang
Setuju , jika
pernyataan dalam angket kurang sesuai
dengan
kondisi di lapangan dan
kurang membantu meningkatkan
keaktifan dan
hasil
belajar siswa
TS
: Tidak
Setuju, jika peryataan dalam angket benar-benar tidak sesuai
dengan
kondisi di lapangan dan tidak dapat
membantu meingkatkan
keaktifan
dan hasil belajar siswa.
Rekapitulasi
Hasil Angket Siswa setelah KBM
No. |
Pertanyaan |
Jawaban |
Siklus
I |
Siklus |
|
(%) |
II
(%) |
|
|||
|
|
|
|
||
|
|
|
|
|
|
1. |
Apakah guru menjelaskan
langkah-langkah |
Ya |
90 |
94 |
|
|
kegiatan belajar mengajar? |
|
|
|
|
|
Tidak |
10 |
6 |
|
|
|
|
|
|
|
|
2. |
Apakah pembelajaran model
Kajian |
Ya |
85 |
100 |
|
Kelompok mendorong kamu lebih
kreatif? |
|
|
|
|
|
Tidak |
15 |
0 |
|
||
|
|
||||
|
|
|
|
|
|
3. |
Apakah dengan pembelajaran
model |
Ya |
90 |
98 |
|
|
Kajian Kelompok menyenangkan? |
|
|
|
|
|
Tidak |
10 |
2 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apakah pembelajaran model
Kajian |
Ya |
65 |
90 |
|
4. |
Kelompok membuat kamu mudah |
|
|
|
|
Tidak |
35 |
10 |
|
||
|
memahami pelajaran? |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
5. |
Apakah kamu mengalami kesulitan
dalam |
Ya |
25 |
2 |
|
|
pembelajaran? |
|
|
|
|
|
Tidak |
75 |
98 |
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apakah kamu akan membantu jika
ada |
Ya |
70 |
100 |
|
6. |
teman sekelompok yang mengalami |
|
|
|
|
Tidak |
30 |
0 |
|
||
|
kesulitan dalam belajar? |
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Sumber: Hasil
Observasi |
|
|
|
|
Berdasarkan hasil angket siswa setelah
kegiatan belajar mengajar pada siklus II, 98% siswa yang merasa senang, 100%
siswa merasa model Kajian Kelompok mendorong mereka lebih kreatif, 2% siswa
merasa kesulitan dalam pembelajarannya, dan 100% siswa akan membantu apabila
temannya mengalami kesulitan.
Komentar
Posting Komentar