PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

                                    PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


 

“Upaya  Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi “Mobilitas Sosial” Pada Siswa Kelas VIII A  SMP Negeri 1 Kuala Tahun Ajaran 2020/2021


\

                                                                  
                                                                       OLEH
 
Nama              : SEPTY PURNAMA SARI, S.Pd
NIM                : 20423299173
KELAS          : IPS C PPGDJ UNY 2020
 
 
 
PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL – PPG/FIS
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
YOGYAKARTA

2020



BAB I

PENDAHULUAN

 

1.    Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pembaharuan demi pembaharuan selalu diupayakan agar pendidikan    benar-benar dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam usaha untuk mengentaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkan oleh para pendiri Republik Indonesia yang dituangkan dalam Pembukaan UUD 1945 (Suyanto, 2000:17).

Kurikulum 2013 atau Pendidikan Berbasis Karakter adalah kurikulum baru yang dicetuskan oleh pemerintah. Kurikulum 2013 merupakan sebuah kurikulum yang mengutamakan pemahaman, skill, dan pendidikan berkarakter. Siswa dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun dan disiplin yang tinggi. Dalam Kurikulum 2013 mata pelajaran wajib diikuti oleh seluruh peserta didik di satu satuan pendidikan pada setiap satuan atau jenjang pendidikan. Mata pelajaran pilihan yang diikuti oleh peserta didik dipilih sesuai dengan pilihan mereka.

Tujuan Kurikulum 2013 adalah mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia (https://www.kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/Paparan/Paparan%20Wamendik.pdf). Dalam tujuan kurikulum 2013, siswa dituntut untuk berpikir lebih kreatif, inovatif, cepat dan tanggap dan selain itu dalam kurikulum 2013 siswa dilatih untuk menumbuhkan keberanian dalam dirinya. Siswa akan dilatih kemampuan berlogika dalam memecahkan suatu permasalahan. Dalam kurikulum 2013 ini juga diberikan atau dimasukkan unsur-unsur kehidupan bermasyarakat, berbangsa,dan bernegara serta unsur keagamaan untuk membentuk siswa yang berkarakter. Salah satu faktor yang menunjang keberhasilan penerapan kurikulum 2013 adalah kesiapan guru sebagai tenaga pendidik untuk mengubah paradigma siswa diberitahu menjadi siswa mencari tahu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidik berarti orang yang mendidik (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php), sedangkan guru berarti orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php). Secara akademis, pendidik adalah tenaga kependidikan yang diangkat dan mengabdikan diri untuk menunjang pelaksanaan pendidikan. Dengan kata lain pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran serta melakukan bimbingan dan pelatihan. Hal ini menjadikan guru memiliki fungsi sebagai organisator, kreator, motivator, dan fasilitator yang mempengaruhi keberhasilan proses pembelajaran di kelas. Kreatifitas dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran serta media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan terutama pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dikuasai peserta didik tingkat SMP sesuai dengan Kurikulum 2013 (K-13), tidak lepas dari pentingnya kreatifitas dalam proses pembelajarannya. Proses pembelajaran yang kreatif membantu peserta didik memahami fenomena-fenomena geosfer yang menyangkut gejala alam, gejala sosial, lokasi, dan sebagainya yang sangat berguna bagi kehidupan. Persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala antara lain: saat ini model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS didominasi guru sebagai pemberi informasi sehingga kurang melibatkan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran (siswa pasif). IPS merupakan mata pelajaran yang dianggap sulit terbukti hasil belajar IPS yang diperoleh siswa masih rendah

Cakupan materi IPS sangat luas dan bersifat hafalan, buku pelajaran IPS hanya terbatas pada peminjaman dari sekolah dan jam pelajaran IPS lebih sering dilaksanakan pada siang hari sehingga konsentrasi belajar sudah menurun. Hal ini menunjukkan proses pembelajaran di kelas belum memenuhi kriteria pembelajaran yang baik. Oleh karena itu, pendidik diharapkan mampu menciptakan suasana pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) yang menarik dan dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir kritis dan terfokus pada masalah dalam materi serta mencari upaya penyelesaian dengan menggali informasi dan ilmu pengetahuan dari berbagai sumber.

Model pembelajaran yang dapat diterapkan salah satunya adalah Pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning ini dipilih karena selama ini jarang digunakan oleh guru-guru termasuk peneliti dan guru sebagian besar menggunakan model diskusi dan ceramah. Diharapkan dengan menggunakan model Problem Based Learning ini proses pembelajaran akan berjalan lebih maksimal, siswa akan lebih termotivasi untuk berfikir kritis terhadap permasalahan yang ada dalam materi pembelajaran. Model pembelajaran ini bertujuan agar peserta didik lebih tertarik dengan pembelajaran dan materi yang disampaikan lebih mudah tertanam dalam ingatan peserta didik, sehingga, prestasi belajar peserta didik diharapkan dapat meningkat.

Melihat kenyataan yang ada, dilakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul: Upaya  Meningkatkan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning Materi “Mobilitas Sosial” Pada Siswa Kelas VIII A  SMP Negeri 1 Kuala Tahun Ajaran 2020/2021 Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan  motivasi  hasil belajar siswa sesuai yang diharapkan.

 

2.    Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

  1. Peserta didik kelas VIII A masih menujukkan hasil belajar yang rendah karena masih terdapat 30% siswa yang belum mencapai KKM
  2. Peserta didik kelas VIII A belum aktif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran masih di dominasi guru
  3. Terdapat 30% peserta didik yang kesulitan memahami konsep materi karena cakupan materi IPS dianggap terlalu luas dan bersifat hafalan

 

3.    Analisis Masalah

Setelahdilakukan identifikasi masalah, melalui diskusi dengan para guru tentang penggunaan model pembelajaran di dalam kelas, Maka analisis masalah diantaranya adalah :

  1. Dalam penyampaian materi guru cenderung  berceramah mulai pemberian informasi, klarifikasi, ilustrasi dan menyimpulkan, tanpa melibatkan peserta didik
  2. Tidak menggunakan alat peraga saat pembelajaran (yang seharusnya dipraktekan,a tetapi tidak ada praktek hanya sebuah materi biasa)
  3. Pada saat guru menjelaskan materi tidak bisa mengontrol peserta didiknya dan pembelajaran terasa membosankan
  4. Proses pembelajaran IPS didominasi oleh guru sehingga siswa kurang termotivasi.

4.    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah yang diungkapkan

diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1.    Bagaimana upaya guru untuk meningkatkan keaktifan siswa kelas VIII A melalui pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning agar aktif dalam proses pembelajaran IPS ?

2.    Bagaimana pelaksanaan pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A pada pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ?

 

5.    Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1.      Mengetahui peningkatan keaktifan siswa kelas VIII A melalui pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning agar aktif dalam proses pembelajaran IPS.

2.      Mengetahui pelaksanaan pendekatan Pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII A pada pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

 

6.    Manfaat Penelitian

a.  Bagi siswa

1)     Melatih peserta didik untuk berfikir kritis dan fokus pada masalah, bekerjasama, mengungkapkan pendapat, menghargai kekurangan dan kelebihan peserta didik lainnya.

2)     Memberdayakan potensi peserta didik terkait dengan kerjasama dan menjalin interaksi antar peserta didik dalam proses pembelajaran.

3)       Meningkatkan keterampilan berbicara dalam kelompok dan keberanian bertanya.

b.  Bagi guru

1)   Guru menjadi kreatif karena selalu dituntut untuk melakukan upaya inovatif sebagai implementasi berbagai teori dan teknik pembelajaran.

2)   Meningkatkan kemampuan guru untuk memecahkan permasalahan yang muncul dari siswa.

3)   Meningkatkan mutu kinerja guru dalam proses pembelajaran yang bermuara pada keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran siswa


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

 

1.    Penelitian Tindakan Kelas

a.      Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusuma (2009:9) penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelas. Menurut O’Brien sebagaimana dikutip oleh Endang Mulyatiningsih (2011:60) penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan ketika sekelompok orang (siswa) diidentifikasi permasalahannya, kemudian peneliti (guru) menetapkan suatu tindakan untuk mengatasinya.

Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut. Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya.

Dengan demikian peneleitian tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan pihak lain. Selanjutnya Kemmis dan Taggart sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010) menyatakan penelitian tindakan adalah suatu penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktek pendidikan dan praktek sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktek-praktek itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktek-praktek tersebut.

Kemmis dan Taggart memandang, bahwa penelitian ini dilakukan secara kolektif untuk memperbaiki praktek yang mereka lakukan dimana perbaikan dilakukan berdasar refleksi diri. Dalam bukunya Becoming Critical : Education, Knowledge, an Action Research 1986. Kemmis dan Carr lebih jelas menyatakan penelitian tindakan adalah bentuk penelitian refleksi diri yang dilakukan oleh partisipan (guru, siswa, atau kepala sekolah, misalnya) dalam situasi-situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran (a) praktek-praktek sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri, (b) pengertian mengenai praktek-praktek ini, dan (c) situasi-situasi (dan lembaga-lembaga) dimana praktek-praktek tersebut dilaksanakan.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional.

b.      Langkah – Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Wijaya Kusuma (2011:38-41) langkah penelitian tindakan kelas, yaitu : adanya ide awal, praservei, diagnosis, perencanaan, implementasi tindakan, pengamatan, refleksi, penyusunan laporan PTK. Sedangkam menurut Endang Mulyatiningsih langkah penelitian adalah : diagnosis masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan dan observasi, analisis data, evaluasi dan refleksi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan langkah-langkah penelitian sebagai berikut :

1.      Adanya ide awal

Seseorang yang melaksanakan penelitian, pasti diawali dengan gagasan atau ide dan diharapkan dapat dilakukan atau dilaksanakan.

2.      Praservei

Untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat dikelas yang akan diteliti. Biasanya dilakukan oleh guru dan dosen.

3.      Diagnosis

Dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di kelas yang dijadikan sasaran.

4.      Perencanaan

Dibagi menjadi dua, yaitu : perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umu dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Perencanaan khusus Implementasi tindakan. Merupakan realisasi dari suati tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi yang diajarkan dan sebagainya.

5.      Pengamatan

Pengamatan dapat dilakukan sendiri oleh peneliti. Pada saat monitoring haryslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas peneliti.

6.      Evaluasi dan refleksi

Kegiatan merenung atau memikirkan sesuatu guna upaya evaluasi yang dilakukian oleh para kolaborator atau partisipan yang berperan dalam PTK. Dilakukan dengan kolaborasi, refleksi dilakukan sesudah implementasi tindakan dan hasil observasi.

7.      Penyusunan laporan PTK.

Dilakukan setelah melakukan penelitian dilapangan. Penelitian harus sistematis dan dilakukan sesuai acuan yang telah diberikan dalam penelitian PTK.

 

2.    Keaktifan Belajar

Aktif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1976: 108) berarti berusaha supaya mendapat suatu kepandaian. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan yang timbul dari dirinya sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami sendiri. Belajar yang baik adalah siswa belajar melalui pengalaman langsung, sehingga siswa tidak hanya sekedar mengamati secara langsung tetapi ia juga menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan dan bertanggung jawab terhadap hasilnya.

Implikasi keaktifan bagi siswa berwujud perilaku-perilaku seperti mencari sumber informasi yang dibutuhkan, menganalisis hasil percobaan, ingin tahu hasil percobaan, membuat karya tulis, membuat kliping dan perilaku sejenis lainnya. Implikasi keaktifan bagi guru adalah guru mengubah perannya dari yang bersifat didaktis menjadi bersifat individualis, yaitu guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif mencari, memperoleh dan mengolah pengalaman belajarnya, sehingga dapat mendorong kreativitas siswa dalam belajar maupun memecahkan masalah.

Aktifitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B.Diedric dalam Sardiman A.M (2010 : 101) membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

  1. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memerhatikan gambar demontrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
  2. Oral Activities, seperti menyatakan merumuskan, bertanya, member saran, berpendapat, diskusi, interupsi.
  3. Listening Aktivities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, music, pidato.
  4. Writing Aktivities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, menyalin.
  5. Drawing Aktivities, mengambar, membuat grafik, peta, diagram.
  6. Motor Aktivities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat kontruksi, model, mereparasi, berkebun, berternak.
  7. Mental Aktivities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, mengambil keputusan.
  8. Emosional Aktivities, seperti misalnya, merasa bosan, gugup, melamun, berani,tenang.

Jadi dengan klasifikasi seperti diuraikan di atas, menunjukkan bahwa aktifitas di sekolah cukup komplek dan bervariasi. Kalau berbagai macam kegiatan tersebut dapat diciptakan di sekolah, tentu sekolah-sekolah akan lebih dinamis, tidak membosankan dan benar-benar menjadi aktifitas belajar yang maksimal dan bahkan memperlancar perananya sebagai pusat transformasi kebudayaan.

3.    Hasil Belajar

Hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Objek hasil belajar diwujudkan dengan perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah (1) ada materi atau mata pelajaran yang dipelajari, (2) faktor lingkungan peserta didik, (3) faktor instrumental, (4) keadaan individu peserta didik, dan (5) proses belajar mengajar. Jenis mata pelajaran atau materi yang dipelajari juga turut mempengaruhi proses dan hasil belajar, misalnya belajar tentang pengetahuan yang bersifat konsep berbeda dengan belajar tentang pengetahuan yang bersifat prinsip.

Nana Sudjana (2008: 39) mengemukakan beberapa hal yang mempengaruhi hasil belajar dan kemudian akan mempengaruhi pencapaian belajar. Faktor-faktor tersebut adalah faktor dari dalam siswa dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan. Faktor kemampuan sangat besar sekali pengaruhnya terhadap hasi belajar yang dicapai.

Di samping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, sikap dan kebiasan belajar, ketekunan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.

Sedangkan Wina Sanjaya (2009: 52) hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat, dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan:

1.    Faktor guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru bagimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin dapat diaplikasikan.

2.         Faktor Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembanganya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadianya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan setiap masing-masing anak pada aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama, disamping karakteristik yang lain yang melekat pada diri anak.

3.         Faktor lingkungan

Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat mempengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor sosial psikologis.

Faktor organisasi kelas yang didalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa memengaruhi proses pembelajaran.

Faktor iklim sosial maksudnya, hubungan keharmonisan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal, internal ialah antara hubungan orang yang terlibat dilingkungan sekolah misalnya, iklim sosial antara guru dan murid, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dan pimpinan sekolah.

4.         Faktor sarana dan Prasarana

Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya.

Sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran, misalnya jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya .

Menurut pemikiran Gagne dalam Agus Suprijono 2009 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne, hasil belajar berupa :

1)        Informasi Verbal

Yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupuntertulis.

2)        Keterampilan Intelektual

Yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

3)        Strategi kognitif

Yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Konsep ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah

4)        Keterampilan Motorik

Yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani

5)        Sikap

Adalah  kemampuan menerima atau  menolak  objek berdasarkan penilaian terhadab objek tersebut. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.

Dari penjelasan diatas jelas telihat bahwa keberhasilan pembelajaran salah satunya dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai, untuk mencapai hasil belajar yang baik salah satu faktor yang menentukan adalah seorang guru dan strategi pembelajaran yang diterapkanya.

4.        Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

a.    Pengertian Model Pembelajaran

Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan  seseorang  atau  sekelompok  orang  mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial (Agus Suprijono, 2009: 45-46). Model pembelajaran dapat digunakan untuk menyusun kurikulum, merancang bahan pembelajaran, dan menuntun pelajaran di dalam kelas atau pada kondisi lainnya.

b.    Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah dari beberapa ahli yaitu:

1)        Menurut Agus Suprijono.

Pembelajaran berbasis masalah adalah belajar penemuan atau discovery learning. Berdasarkan belajar penemuan peserta didik didorong belajar aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip (Agus Suprijono, 2009:68).

2)        Menurut Wina Sanjaya.

Pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian aktifitas pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah (Wina Sanjaya, 2008:114-115).

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan model pendekatan pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa baik aktifitas berfikir, berperilaku dan berketerampilan dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning), merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.

Pembelajaran berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut.

c.     Karakteristik Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Menurut Arends dalam Trianto (http://blog.unsri.ac.id/) karakteristik model Problem Based Learning (PBL) yaitu:

1)      Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah yang keduanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa.

2)      Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. Masalah yang akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran

3)      Penyelidikan autentik. Siswa dituntut untuk menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisa informasi, membuat inferensi, dan merumuskan kesimpulan

4)      Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang bekerjasama satu dengan yang lainnya, secara berpasangan atau dalam kelompok kecil.

Berdasarkan karekteristik tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan :

1)      Membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir dan keterampilan pemecahan masalah

2)      Belajar peranan orang dewasa yang autentik.

3)      Menjadi pebelajar yang mandiri.

Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa karakteristik model Problem Based Learning (PBL) yaitu suatu rangkaian aktivitas pembelajaran yang menitikberatkan masalah sebagai bahan pembelajaran yang akan dicari penyelesaiannya menggunakan metode ilmiah. Tetapi masalah tersebut harus sesuai dengan materi pembelajaran yang dikaitkan dengan dunia nyata. Pe  laksanaan model tersebut siswa dituntut untuk aktif berpikir dan  kreatif dalam pemecahan masalah.

 

d.   Strategi Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

Tidak semua materi pembelajaran dapat diterapkan dengan model Problem Based Learning (PBL), karena tidak semua materi cocok untuk digunakan dalam penerapan model tersebut.

Adapun strategi dalam penerapan model ini adalah:

1)      Apabila guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahaminya secara penuh.

2)      Apabila guru bermaksud untuk mengembangkan keterampilan berpikir rasional siswa.

3)      Apabila guru menginginkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

4)      Apabila guru ingin mendorong siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajarnya.

5)      Apabila guru ingin siswa memahami hubungan antara apa yang dipelajari dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari (Wina Sanjaya, 2009: 215).

Materi pelajaran yang digunakan dalam penerapan model ini tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku dan berdasar kriteria tertentu. Kriteria pemilihan bahan pelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL) yaitu:

1)      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita, rekaman video dan lain-lain.

2)      Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinnya dengan baik.

3)      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak sehingga terasa manfaatnya.

4)      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung kompetensi yang harus dicapai.

5)      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya (Wina Sanjaya, 2009: 216-217).

 

e.    Prinsip-prinsip Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

Prinsip –prinsip model pembelajaran PBL adalah:

1)      Melibatkan siswa bekerja pada masalah dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima orang

2)      Guru membimbing siswa dalam penyelesaian masalah tersebut.

3)      Masalah disiapkan sebagai konteks pembelajaran baru.

4)      Analisis dan penyelesaian terhadap masalah itu menghasilkan perolehan pengetahuan dan keterampilan pemecahan masalah.

5)      Permasalahan dihadapkan sebelum semua pengetahuan relevan diperoleh dan tidak hanya setelah membaca teks atau mendengar ceramah tentang materi subjek yang melatar belakangi masalah tersebut (C.Ridwan, 2009).

 

f.       Langkah-langkah Pelaksanaan Model Problem Based Learning

Pada model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) menurut Ibrahim dan Nur : 2000 dalam (http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-based-learning.html) terdapat lima tahap utama, antara lain:

 

 

1)        Orientasi siswa kepada masalah

Yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, dan menjelaskan logistik yang dibutuhkan, serta memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya. Siswa merumuskan masalah yang akan dipecahkan.

2)        Mengorganisasi siswa untuk belajar

Yaitu membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran yang berhubungan dengan masalah tersebut. Siswa merancang pemecahan masalah sesuai permasalahan yang telah dirumuskan.

3)        Membimbing penyelidikan Individual maupun kelompok

Yaitu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan observasi/eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Siswa berdiskusi berbagi informasi setelah mencari dan mengumpulkan informasi yang diperlukan dari berbagai sumber untuk memecahkan masalah.

4)        Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Yaitu membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, poster, puisi dan model yang membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Siswa menampilkan karyanya/menjelaskan hasil kegiatan pemecahan masalahnya.

5)        Menganalisis dan mengevaluasi Proses pemecahan masalah

Yaitu membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan. Siswa melakukan refleksi/evaluasi terhadap kegiatan peemecahan masalah yang telah dilakukan.

 

5.        Kerangka Berfikir

            Proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu siswa, guru, metode, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada kurikulum, serta lingkungan fisik, sosial, budaya yang merupakan input untuk melaksanakan proses pengajaran. Guru merupakan tenaga pengajar dan pendidik siswa. Karakteristik siswa termasuk remaja awal karena telah berusia antara 12-16 tahun dimana keadaan perasaan maupun emosinya belum stabil, sudah mampu berpikir kritis, dan kemauannya tinggi. Metode pembelajaran yang digunakan belum bervariasi, dominan ceramah tanya jawab serta diskusi. Metode yang kurang bervariasi tersebut menyebabkan keaktifan kurang dan hasil belajar siswa belum optimal.

            Terkait dengan hal tersebut, perlu adanya suatu tindakan yang dapat membantu meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tindakan yang cocok adalah diterapkannya model pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung. Hal itu dapat dilakukan dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL), karena dalam model tersebut siswa dapat terlibat untuk aktif berpikir, menemukan konsep baru dalam memecahkan permasalahan pembelajaran yang dikaitkan dengan masalah dunia nyata (a real world problems). Pada proses pembelajaran dengan penerapan model ini diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Tetapi, apabila antara input dan proses pembelajaran tidak saling mendukung, maka tidak akan terjadi peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa.

6.        Hipotesa Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, maka hipotesa penelitian dapat diajukan sebagai berikut:

1.      Pendekatan pembelajaran saintifik melalui model Problem Based Learning dengan diawali pembentukan kelompok berkemampuan heterogen, siswa terfokus pada masalah, berdiskusi untuk pemecahan masalah, mengklarifikasi semua gagasan , dilanjutkan dengan tes yang dikerjakan secara individu untuk meningkatkan Hasil belajar IPS siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala tahun ajaran 2020/2021

2.      Pendekatan Pembelajaran Saintifik melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran IPS pada siswa kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala tahun ajaran 2020/2021.

 

 

BAB III

METODE PENELITIAN

 

1.    Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sesuatu yang kedudukannya sangat sentral karena pada subjek penelitian itulah data tentang variabel yang diteliti berada dan diamati oleh peneliti. Pihak yang dijadikan subjek penelitian di sini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kuala. Kelas yang dipilih adalah kelas VIII A SMP Negeri 1 Kuala, dengan tujuan untuk mengetahui yang sesungguhnya sejauh mana peningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan adanya penerapan model Problem Based Learning.

 

2.    Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMP Negeri 1 Kuala yang terletak di Jl. Gajah Mada No. 1 Kecamatan Kuala Kabupaten Langkat dan waktu penelitian direncanakan pada bulan Oktober – Nopember 2020.

 

3.    Deskripsi Per Siklus

Penelitian ini direncanakan terdiri dari dua siklus, dan masing-masing siklus menggunakan empat komponen tindakan dalam suatu spiral yang saling terkait. Namun, apabila target belum tercapai, akan dilaksanakan siklus berikutnya. Komponen-komponen tersebut antara lain, perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Namun demikian apabila target belum tercapai akan dilakukan siklus berikutnya


Gambar 1. Desain Penelitian Tindakan Kelas menurut Suharsimi

        Arikunto (2008: 16)

 

Siklus I

1.    Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan

a.    Perencanaan

Perencanaan tindakan dimulai dengan:

a)        Membuat instrumen kegiatan pembelajaran yaitu:

Lembar kegiatan pembelajaran yang terdiri dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), media, dan model atau metode yang diterapkan.

b)        Membuat instrumen pengumpul data yaitu:

Lembar observasi keaktifan siswa Membuat soal tes untuk siswa.

c)        Mempersiapkan media dan metode yang disesuaikan dengan materi pembelajaran.

b.    Pelaksanaan tindakan

Pada tahap ini guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar menggunakan metode Problem Based Learning dengan rencana kegiatan belajar mengajar yang sudah disiapkan. Rencana kegiatan yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan, sesuai dengan kegiatan yang ada selama proses pelaksanaan di lapangan.

c.    Observasi

Observasi merupakan tahapan kegiatan yang sepenuhnya dilakukan oleh pengamat. Tahap observasi merupakan tahap pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Observasi dilakukan ketika pelaksanan tindakan berlangsung. Peneliti melakukan observasi terhadap keaktifan siswa dan kegiatan guru selama pelaksanaan pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

d.   Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan akhir di tiap siklus dan merupakan cermin hasil penelitian pada tiap siklus. Kegiatan pada tahap ini diawali dengan mengumpulkan seluruh data penelitian yang meliputi data hasil belajar, data pengamatan keaktifan siswa, kegiatan guru.

Data yang diperoleh dari seluruh instrumen dievaluasi secara seksama dengan berpedoman pada indikator kinerja untuk mengetahui keoptimalan hasil tindakan. Guru dan peneliti mengadakan diskusi untuk mengevaluasi dan menilai proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

Siklus Lanjutan.

Kegiatan yang dilakukan pada siklus II dimaksudkan sebagai perbaikan dari siklus I. Tahap kerja pada siklus II mengikuti tahapan kerja pada siklus I yaitu diawali dengan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Siklus III, IV, V dan seterusnya masih terdapat kemungkinan untuk dilaksanakan jika hasil dari siklus II masih terdapat banyak kekurangan atau belum berhasil.

1.    Metode Pengumpulan Data

Sumber data adalah guru kolaborator, siswa, dan guru mata pelajaran sebagai peneliti. Adapun cara pengamatan data dilakukan dengan pengamatan bersama guru kolaborator yang difokuskan pada proses pelaksanaan pembelajaran. Perolehan data berupa hasil pengamatan kolaborasi, peneliti dan wawancara dengan beberapa siswa yang meliputi partisipasi, kerjasama, dan perhatian serta kinerja siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilakukan dengan tes tertulis.

 

2.    Instrumen Penelitian

 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1.      Lembar Observasi

Lembar observasi ini digunakan untuk mencatat tingkah laku siswa, peristiwa serta kegiatan siswa selama proses pembelajaran melalui pembelajaran model Problem Based Learning.

2.      Angket

Angket berisikan pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan kepada siswa untuk mengetahui apresiasi dan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran yang berlangsung melalui model Problem Based Learning

 

 

 

3.      Tes dan Lembar Kerja

Tes dilakukan pada akhir tiap siklus, hal ini dimaksudkan untuk  mengetahui      seberapa  besar  peningkatan  hasil  belajar  Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) siswa kelas VIII-A di SMP Negeri 1 Kuala setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning ,sedangkan lembar kerja merupakan alat sekaligus media.

 

3.    Teknik Analisis Data

1)      Analisa Data Observasi

Data obeservasi diperoleh dari jumlah siswa yang berpartisipasi dibagi dengan jumlah siswa secara keseluruhan, kemudian diprosentasekan.

                       Jumlah siswa yang berpartisipasi   

Jumlah siswa secara keseluruhan 

Rentang nilai dan kriteria penilaian yang digunakan adalah sebagai berikut.


Kurang

: 70

Cukup

: 71-80

Baik

: 81-90

Baik Sekali

: 91-100

 1)      Analisa Data Angket

Data angket diperoleh dari jumlah siswa yang menjawab ya atau tidak dibagi dengan jumlah siswa keseluruhan, kemudian dipersentasikan.

                                                       Jumlah siswa ya/tidak

                    X 100 %

Jumlah siswa keseluruhan



1)      Analisis Hasil Tes

Berupa lembar kerja siswa dan tes akhir siklus. Apabila hasil tes pada siklus I dan siklus II mengalami peningkatan, maka dapat diasumsikan bahwa model Kajian Kelompok dalam pembelajaran dapat meningkatkan partisipasi belajar dan penguasaan materi IPS.

 

1.    Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini ditunjukan dengan:

1.      Meningkatnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat dari peningkatan rata-rata yang diperoleh dari persentase (%) partisipasi siswa selama proses pembelajaran.

2.      Meningkatnya hasil belajar yang dicapai setelah pelaksanaan pembelajaran sebagai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah 75. Apabila siswa yang mendapat nilai sesuai Kriteria KetuntasanMinimal (KKM) 75 keatas mencapai 85%, maka penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

 

Bab ini berturut-turut membahas mengenai diskripsi data penelitian, analisis data, dan pembahasan hasil penelitian dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pembelajaran IPS. Data ini diperoleh dari kelas VIII – A SMP Negeri 1 Kuala dengan materi Mobilitas Sosial. Dari hasil kegiatan tersebut, diperoleh hasil penelitian mengenai proses pembelajaran dengan model Problem Based Learning sebagai berikut.

A. Hasil Penelitian

1. Analisis Data Evaluasi Awal Pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala Penelitian ini berfokus pada penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning untuk meningkatkan penguasaan materi IPS, khususnya di kelas VIII - A yang berjumlah 31 siswa, terdiri dari 9 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Data hasil evaluasi awal tidak sesuai harapan apabila dibandingkan dengan nilai ketuntasan minimal (KKM=75) untuk mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala sehingga perlu diadakan tindakan kelas.

Data Tabel. 5 menunjukkan hasil belajar siswa sebelum diadakan tindakan kelas.

Tabel. 5 Distribusi Frekuensi Hasil Ulangan Harian sebelum Tindakan

Nilai (x)

F

%

< 55

1

3,22

60 - 65

7

22,58

66 - 70

4

12,90

71 - 75

10

32,25

76 - 80

8

25,80

81 - 85

1

3,22

Jumlah

31

100

           

Berdasarkan Tabel. 5, diketahui bahwa 1 siswa (3,22%) mendapat nilai 55, 7 siswa (22,58%) mendapat nilai antara 60-65, 4 siswa (12,90%) mendapat nilai antara 66-70, 10 siswa (32,25%) mendapat nilai antara 71-75, 8 siswa (25,80%) mendapat nilai antara 76-80, dan 1 siswa (3,22% ) mendapat nilai antara 81-85. Merujuk pada rentang nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.

 

Tabel 6. Rentang Nilai dan Kriteria

No.

Klasifikasi Nilai

F

%

1.

Kurang ( 70 )

12

38,70

2.

Cukup (71-80)

18

58,06

3.

Baik (81-90)

1

3,24

4.

Sangat Baik (91-100)

0

0

 

Jumlah

36

100

 

Sumber : Hasil Observasi

Berdasarkan Tabel. 6, diketahui bahwa 38,70% siswa berada dalam kategori kurang. 58,06% siswa berada dalam kategori cukup. dan, 3,24% siswa berada dalam ketegori baik.

 

Tabel 7. Nilai Rata-Rata Sebelum Tindakan

No

Kriteria

Skor

1

Nilai Tertinggi

55

2

Nilai Terendah

85

Rerata

71,25

 

Hasil evaluasi belajar siswa sebelum pelaksanaan siklus I dan siklus II menunjukkan bahwa nilai terendah ulangan harian siswa kelas VIII - A adalah 55 sedangkan nilai tertingginya adalah 85. Nilai rata-rata ulangan harian siswa kelas VIII - A adalah 71,25.

 

Tabel 8. Ketuntasan Hasil Tes sebelum Diadakan Tindakan

No.

Kriteria Ketuntasan

Kategori

Frekuensi

%

1.

>75

Tuntas

17

54,83

2.

< 75

Belum tuntas

14

45,17

 

 

Dari 31 siswa ternyata yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 14 siswa (45,17%), sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 17 siswa (54,83%). Keaktifan belajar siswa sebelum diadakan tindakan masih terlihat pasif. Hal ini dapat dilihat dari tabel berikut.

 

Tabel 9. Hasil Observasi Keaktifan Belajar Siswa sebelum Tindakan

No.

Aspek yang diamati

F

%

 

 

 

 

1.

Memperhatikan guru

27

87,09

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru

15

48,39

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat

8

25,80

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

7

22,58

 

 

 

 

5.

Kerja sama siswa dalam kelompok

20

64,51

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

4

12,90

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil diskusi

8

25,80

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

15

48,38

 

 

 

 

 

 

Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 31 siswa, hanya 27 (87,09%) siswa yang memperhatikan penjelasan guru. Dalam hal keaktifan, hanya 15 (48,39%) siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dalam hal kerjasama kelompok, diperoleh data 20 (64,51%) dari 31 siswa bekerja sama dalam kelompok. Dalam hal kelancaran menjawab pertanyaan, hanya terlihat 4 (12,90%) siswa. Dalam hal presentesi hasil diskusi, hanya terlihat 8 (25,80%) siswa yang mempresentasikan hasil diskusi mereka. Terakhir, sebanyak 15 (48,38%) dari 31 siswa yang terlihat membuat kesimpulan.

Berdasarkan data dari Tabel 9, dilakukan pengamatan permasalahan yang mengakibatkan nilai IPS rendah. Permasalahan-permasalahan itu antara lain:

1.     Kondisi peserta didik ketika menerima pelajaran dari guru terlihat pasif dan hanya diam saja. Ketika diminta menjawab pertanyaan, hanya dua siswa yang mau menjawab, itu pun guru harus menunjuknya. Pasifnya peserta didik saat mengikuti pembelajaran dikarenakan berapa kemungkinan. Pertama, siswa takut berbicara untuk mengemukakan pendapatnya. Kedua, ketika guru menjelaskan, siswa tidak memperhatikan sehingga tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan.

2.     Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. Hal ini tampak dari saling tunjuknya mereka ketika diminta untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Kemungkinan mereka mengalami kesulitan dalam menjelaskan dan berbicara di depan kelas.

Dua  permasalahan  yang  dikemukakan  di  atas  disebabkan  oleh beberapa hal berikut.

a.      Pembelajaran kurang menarik sehingga secara umum perhatian dan motivasi siswa kurang.

b.     Guru cenderung menjadi sumber informasi dan pusat pembelajaran yang membuat siswa pasif dengan hanya mendengarkan penjelasan guru.

c.      Nilai yang dicapai siswa dalam dalam proses pembelajaran belum memuaskan.

d.     Keterlibatan siswa dalam proses pembelajaaran relatif kecil.

e.      Guru tidak terbiasa memberikan penghargaan kepada siswa yang memiliki pencapaian terbaik.

Faktor di atas menyebabkan berkurangnya keaktifan belajar siswa dalam merespon materi pembelajaran. Akibatnya, hasil ulangan siswa kurang memuaskan.

3.  Analisis Data Penelitian pada Siklus I

a.    Perencanaan Tindakan

a)        Kompetensi Dasar: Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan

b)        Indikator:

·      Menganalisis konsep mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas social

·      Menganalisis bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia

·      Menganalisis faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial

b.    Pelaksanaan Tindakan

a)        Lima menit digunakan untuk memotivasi kesiapan belajar siswa, mengecek kehadiran siswa pada google form dan aplikasi zoom meeting, dan memberi informasi kompetensi yang akan dicapai.

b)        Lima menit untuk mengidentifikasi permasalahan bersama dengan siswa. Kemudian, guru melakukan tanya jawab seputar pemahaman awal siswa tentang mobilitas sosial

c)        Lima menit, guru memberi penjelasan materi mobilitas sosial dan meminta siswa untuk belajar mandiri melalui link google dan bahan ajar

d)       Lima belas  menit, guru membagi kelas menjadi tujuh kelompok dan mengkondisikan siswa untuk bekerja dalam kelompoknya dan membagi lembar kerja.

e)        Lima menit, guru memanggil kelompok tertentu untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Kemudian, kelompok yang lain memberi tanggapan. Setelah selesai, guru memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik.

f)         Dua puluh menit, guru memberi soal evaluasi kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Setelah selesai, soal tersebut dibahas bersama.

g)        Lima menit, guru dan siswa berkolaborasi dalam melakukan refleksi dan membuat kesimpulan, dan memberi angket kepada siswa, kemudian menutup pembelajaran.

c.    Hasil Observasi pada Siklus I

Observasi merupakan teknik pengumpulan data utama dalam penelitian upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran IPS. Peneliti dibantu oleh guru kolaborator melakukan pengamatan selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus I. Observasi dilakukan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga penutup.

Proses pembelajaran berlangsung pada saat siklus I, beberapa peserta didik terlihat masih belum berperan aktif. Hal ini dikarenakan siswa baru pertama kali melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning. Bahkan, ada beberapa peserta didik yang tidak memperhatikan dan berbicara sendiri dengan temannya.

Dengan bimbingan guru, siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Meskipun masih ada yang belum aktif, kegiatan pembelajaran siklus I berhasil dilaksanakan hingga pertemuan berakhir. Pada pertemuan ini, hasil pengamatan yang diperoleh terangkum dalam tabel 10 ini, pengamatan terhadap keaktifan siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari total 31 orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Observasi Keaktifan Siswa dalam Mengikuti Proses Pembelajaran IPS pada Siklus I

No.

Aspek yang Diamati

F

%

 

 

 

 

1.

Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh

28

90,32

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru

20

64,51

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

15

48,38

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

18

58,06

 

 

 

 

5.

Kerja sama siswa dalam kelompok

30

96,77

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

12

38,70

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil investigasi

15

48,38

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

17

54,83

 

 

 

 

 










Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah mulai baik, tetapi masih ada kekurangan dibeberapa aspek yang diharapkan akan dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.

Hasil tes pada siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran model Kajian Kelompok terangkum dalam tabel berikut.

Nilai (x)

F

%

< 60

2

6,45

60 – 65

5

16,12

66 – 70

3

9,67

71 – 75

0

0

76 – 80

1

3,22

81 – 85

5

16,12

86 – 90

13

41,93

91 – 95

2

6,45

Jumlah

31

100







Tabel 11. Distribusi Frekuensi Hasil Tes Pada Siklus 1

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 2 siswa (6,45%) mendapat nilai dibawah 60, 5 siswa (16,12%) mendapat nilai antara 60-65, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara 66-70,  tidak ada siswa mendapat nilai antara 71-75, 1 siswa (3,22%) mendapat nilai antara 76-80, dan 5 siswa (16,12% ) mendapat nilai antara 81-85, 13 siswa (41,93%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 91-95.

Tabel 12. Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Tes Sebelum Tindakan dan Hasil Tes Siklus I

 

Sebelum Tindakan

Siklus I

Nilai (x)

F

%

Nilai (x)

F

%

< 60

1

3,22

< 60

2

6,45

60 - 65

7

22,58

60 – 65

5

16,12

66 - 70

4

12,90

66 – 70

3

9,67

71 - 75

10

32,25

71 – 75

0

0

76 - 80

8

25,80

76 – 80

1

3,22

81 - 85

1

3,22

81 – 85

5

16,12

86 - 90

0

0

86 – 90

13

41,93

91 - 95

0

0

91 – 95

2

6,45

Jumlah

31

100

Jumlah

31

100

 

 

Berdasarkan tabel 12, menunjukkan peningkatan hasil jika dibandingkan dengan kondisi awal sebelum dilakukan tindakan. Hasil pada siklus I terjadi penurunan 6,48 siswa yang mendapat nilai antara 60-65, dan terjadi peningkatan 12,90% siswa yang mendapat nilai antara 81-85, 41,93% siswa yang mendapat nilai antara 86-90, dan 6,45% siswa yang mendapat nilai antara 91-95.

Merujuk pada rentang nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.

Tabel 13. Ketuntasan Hasil Tes Pada Siklus I

No.

Kriteria Ketuntasan

Kategori

Frekuensi

%

1.

>75

Tuntas

21

67,74

2.

< 75

Belum tuntas

10

32,26

 

Dari 31 siswa ternyata yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 10 siswa (32,26%), sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 21 siswa (67,74%). Sehingga dapat disimpulkan perlu diadakan siklus berikutnya untuk memperbaiki nilai peserta didik kelas VIII A khususya pada mata pelajaran IPS.

d.   Refleksi

Pembelajaran pada siklus I difokuskan agar siswa dapat memahami materi mengenai konsep mobilitas sosial dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

Siklus ini belum terlaksana secara optimal karena siswa belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning sehingga aktifitas siswa yang diharapkan belum muncul secara maksimal. Akan tetapi, siswa merasa senang dengan model pembelajaran ini. Hanya saja, pemahaman materi yang ada belum semuanya terserap. Hal itu ditunjukkan dengan nilai rata-rata pada siklus I adalah 76,00.

Berdasarkan hal tersebut di atas tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan pembelajaran pada siklus I belum tercapai secara optimal. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran pada siklus berikutnya perlu direncanakan lebih baik lagi.

Refleksi terhadap aktifitas siswa pada siklus I adalah mulai munculnya keaktifan siswa seperti siswa mulai berani mengajukan serta menjawab pertanyaan. Selain itu, suasana gaduh yang timbul akibat siswa asyik sendiri telah mulai berkurang.

Hasil refleksi siklus I menjadi tolok ukur persiapan langkah selanjutnya, yaitu rancangan pembelajaran pada siklus II haruslah dapat dilaksanakan dengan lebih menarik dan menyenangkan bagi siswa. Sehingga, tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.

4.    Analisis Data Penelitian Pada Siklus II

a.    Perencanaan Tindakan

a)      Kompetensi Dasar: Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan

b)      Indikator:

·      Menganalisis saluran – saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan pendidikan

·      Menghubungkan dampak positif dan negatif mobilitas sosial dengan perubahan kehidupan sosial masyarakat Indonesia

b.    Pelaksanaan Tindakan

                  a)              Lima menit digunakan untuk memotivasi kesiapan belajar siswa, mengecek kehadiran siswa pada google form dan aplikasi zoom meeting, dan memberi informasi kompetensi yang akan dicapai.

                 b)              Lima menit untuk mengidentifikasi permasalahan bersama dengan siswa. Kemudian, guru melakukan tanya jawab seputar pemahaman awal siswa tentang dampak mobilitas sosial

                  c)              Lima menit, guru memberi penjelasan materi saluran dan dampak mobilitas sosial dan meminta siswa untuk belajar mandiri melalui link google dan bahan ajar

                 d)              Lima belas  menit, guru membagi kelas menjadi tujuh kelompok dan mengkondisikan siswa untuk bekerja dalam kelompoknya dan membagi lembar kerja.

                  e)              Lima menit, guru memanggil kelompok tertentu untuk mempresentasikan hasil kerjanya. Kemudian, kelompok yang lain memberi tanggapan. Setelah selesai, guru memberi penghargaan kepada kelompok yang berhasil mempresentasikan hasil kerjanya dengan baik.

                  f)              Dua puluh menit, guru memberi soal evaluasi kepada siswa yang dikerjakan secara individu. Setelah selesai, soal tersebut dibahas bersama.

                 g)              Lima menit, guru dan siswa berkolaborasi dalam melakukan refleksi dan membuat kesimpulan, dan memberi angket kepada siswa, kemudian menutup pembelajaran.

c.    Hasil Observasi pada Siklus II

Peneliti dibantu guru kolaborator melakukan pengamatan selama siswa mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II, Observasi dilakukan mulai dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, hingga penutup. Proses pembelajaran siklus II  diikuti oleh 31 siswa.

Aktifitas siswa sudah menunjukkan kemajuan. Siswa telah ikut berperan aktif dalam pembelajaran karena model Problem Based Learning telah dilakukan dalam dua pertemuan. Pada pertemuan ini siswa sudah ada yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru secara spontan tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu walaupun masih ada beberapa siswa yang harus ditunjuk untuk menjawab pertanyaan.

Pada siklus II ini keaktifan siswa mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Siswa sudah lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini tampak pada keberanian siswa menjawab dan mengajukan pertanyaan. Sehingga, pembelajaran pada  siklus II sudah bisa berjalan seperti yang diharapkan.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran IPS menggunakan model Problem Based Learning ini dapat dilihat pada tabel berikut.

No.

Aspek yang Diamati

F

%

 

 

 

 

1.

Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh

29

93,54

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru

27

87,09

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

25

80,64

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

26

83,87

 

 

 

 

5.

Kerja sama siswa dalam kelompok

30

96,77

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

26

83,87

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil investigasi

25

80,64

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

28

90,32

 

 

 

 





















Tabel 14. Hasil Observasi Partisipasi siswa dalam Mengikuti Proses pembelajaran IPS  Siklus II

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah cukup baik dimana tabel diatas menunjukkan bahwa siswa sudah aktif dalam belajar, pada siklus II ini siswa sudah aktif dalam bertanya sebanyak 87,09%, memecahkan masalah 83,87%, kelancaran dalam menjawab 83,87, dalam kerja kelompok mencapai 96,77%, mempresentasikan hasil diskusi 80,64% dan membuat kesimpulan mencapai 90,32%.

Pada akhir siklus II, tes diberikan untuk mengetahui sejauh mana model pembelajaran Problem Based Learning berperan dalam penguasaan materi IPS yang dapat dilihat pada hasil belajar siswa. Hasil tes terrangkum dalam tabel berikut.

 

 

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Hasil Tes pada Siklus II

Nilai (x)

F

%

< 60

0

0

60 – 65

0

0

66 – 70

2

6,45                 

71 – 75

3

9,67

76 – 80

4

12,90

81 – 85

2

6,45

86 – 90

18

58,06

91 – 95

2

6,45

Jumlah

31

100

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 60, demikian juga pada rentang 60-65 tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai pada rentang tersebut, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 66-70, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara 71-75, 4 siswa (12,90%) mendapat nilai antara 76-80, dan 2 siswa (6,45% ) mendapat nilai antara 81-85, 18 siswa (58,06%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 91-95.

Merujuk pada rentang nilai yang telah ditetapkan, maka didapat hasil sebagai berikut

Tabel 16. Rentang Nilai dan Kriteria

NO

Klasifikasi Nilai

F

%

1

Kurang (≤ 70)

 5

6,45

2

Cukup (71-80)

7

22,58

3

Baik (81-80)

17

54,82

4

Baik sekali (91-100)

2

6,45

 

Jumlah

31

100

 

Berdasarkan tabel 16, 22,58% siswa berada dalam kategori cukup, 54,82% berada dalam kategori baik, 6,45% berada dalam kategori sangat baik, dan (6,45%) siswa yang berada dalam kategori kurang.

Tabel 17. Nilai Rata-rata Hasil Tes pada Akhir Siklus II

No.

Kriteria

Skor

1.

Nilai terendah

70

2.

Nilai tertinggi

95

 

Rerata

82,5

 

Hasil evaluasi belajar siswa pada akhir siklus II menunjukkan bahwa nilai terendah yang didapat siswa adalah 70 dan nilai tertingginya adalah 95. Sehingga, nilai rata-ratanya adalah 82,50.

Tabel 18. Persentase Nilai Rata-rata Hasil Tes pada Akhir Siklus II

No.

Kriteria Ketuntasan

Kategori

Frekuensi

%

1.

>75

Tuntas

26

83,87

2.

< 75

Belum tuntas                  

5

16,13

 

Ketuntasan hasil tes pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning siklus II menunjukkan adanya peningkatan bila dibandingkan dengan hasil tes siklus I. Tabel 18 menunjukkan bahwa dari 31 siswa, yang masih belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 5 siswa (16,13%) sedangkan yang tuntas dengan nilai lebih dari 75 adalah sebanyak 26 siswa (83,87%).

Setelah menganalisa data hasil belajar pada siklus II, langkah selanjutnya adalah mengamati perbandingan keaktifan siswa dan nilai rata-rata antara siklus I dan siklus II.

Tabel 19. Perbandingan Keaktifan Siklus I dan Siklus II

 

 

 

 

 

 

No.

Aspek yang Diamati

Perbandingan

 

 

 

Siklus I

Siklus II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

   f

%

f

%

 

1.

Memperhatikan guru

28

90,32

29

93,54

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa

20

64,51

27

87,09

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengeluarkan pendapat

15

48,38

25

80,64

 

 

 

 

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

18

58,06

26

83,87

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Kerjasama siswa dalam kelompok

30

96,77

30

96,77

 

 

 

 

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

12

38,70

26

83,87

 

 

 

 

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil investigasi

15

48,38

25

80,64

 

 

 

 

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

17

54,83

28

90,32

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 20. Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Tes Pada Siklus I dan II

Siklus I

Siklus II

Nilai (x)

F

%

Nilai (x)

F

%

< 60

2

6,45

< 60

0

0

60 – 65

5

16,12

60 – 65

0

0

66 – 70

3

9,67

66 – 70

2

6,45          

71 – 75

0

0

71 – 75

3

9,67

76 – 80

1

3,22

76 – 80

4

12,90

81 – 85

5

16,12

81 – 85

2

6,45

86 – 90

13

41,93

86 – 90

18

58,06

91 – 95

2

6,45

91 – 95

2

6,45

 

Berdasarkan tabel 20, menunjukkan peningkatan hasil jika dibandingkan dengan siklus I. Hasil pada siklus II mengalami penurunan 6,45% untuk siswa yang mendapat nilai kurang dari 60,  16,12% untuk siswa yang nilai antara 60-65 dan terjadi peningkatan 9,67% siswa yang mendapat nilai antara 71-75, 16,13% siswa yang mendapat nilai antara 86-90, 6,45% siswa mendapat nilai antara 91-95.

Tabel 21. Perbandingan Rentang Nilai dan Kriteria Hasil Tes pada Siklus I dan Siklus II

No.

Kriteria Nilai

Siklus I

Siklus II

 

F

%

F

%

1.

Kurang ( <70 )

10

32,25

2

6,45

2.

Cukup (71-80)

1

3,22

7

22,58

3.

Baik (81-90)

18

58,06

17

54,82

4.

Baik sekali (91-100)

2

6,45

2

6,45

 

Jumlah

36

100

31

100

 

Dari tabel 21, diketahui bahwa rentang nilai kriteria hasil tes siklus II mengalami penurunan bagi kriteria siswa dengan kategori kurang dan cukup, perubahan yang terjadi cukup signifikan.

Tabel 22. Perbandingan Nilai Rata-rata Siklus I dan Siklus II

No.

Kriteria Nilai

Siklus I

Siklus II

 

 

 

 

1.

Nilai Terendah

60

70

 

 

 

 

2.

Nilai Tertinggi

90

95

 

 

 

 

 

Nilai Rerata

74,84

82,50

 

 

 

 

 

 

Dari tabel 22, hasil perbandingan evaluasi belajar pada siklus pada siklus II mengalami kenaikan, nilai yang didapat nilai terendah 70 dan nilai tertinggi 95 sehingga nilai rata-rata mengalami kenaikan 7,66.

Tabel 23. Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II

No.

Kriteria

Kategori

 

Siklus I

Siklus II

 

Ketuntasan

 

 

 

 

 

 

F

 

%

F

%

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

>75

Tuntas

21

 

67,74

26

83,87

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.

<75

Belum tuntas

10

 

32,26

5

16,13

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari tabel 23, ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan 16,13% untuk siswa yang sudah tuntas dan mengalami penurunan 16,13% untuk siswa yang belum tuntas.

d.  Refleksi II

Berdasarkan hasil observasi siklus II , dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1). Siklus II proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning, ditinjau dari keaktifan dan hasil belajar siswa menunjukan adanya peningkatan keaktifan siswa. Hal ini terlihat dari suasana pembelajaran yang tidak lagi pasif. Pelaksanaan pembelajaran juga terasa lebih hidup karena siswa sudah lebih memperhatikan, aktif mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah, kerjasama dalam menjawab pertanyaan, lancar dalam menjawab pertanyaan, dan mempresentasikan hasil investigasinya dengan baik.

 

2). Disisi lain, siswa masih banyak membutuhkan bimbingan dan pengarahan dalam pembelajarannya, juga dalam mengerjakan tugas. Sehingga, perhatian penuh guru dan kesabaran dalam membimbing serta mengarahkan siswa sangatlah diperlukan. Akan tetapi, bukan berarti guru terlalu banyak memegang kendali proses pembelajaran. Sekalipun siswa masih berusia SMP, rasa tanggung jawab dan kemandirian dalam belajar harus tetap ditanamkan.

3). Kesan siswa mengenai pembelajaran IPS dengan model Problem Based Learning di kelasnya adalah sangat menyenangkan. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini menuntut siswa berfikir kritis dalam penyelesaian masalah sehingga siswa lebih kreatif dan dapat mengeluarkan ide-ide serta wawasannya yang luas terhadap materi pelajaran.

B. Pembahasan

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran IPS dengan baik dan mencapai hasil yang optimal, pendekatan pembelajaran Saintifik model Problem Based Learning dapat diterapkan. Model ini memberikan kesempatan  pada siswa untuk berfikir kritis dan fokus pada permasalahan untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah sehingga peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan cara mengidentifikasi permasalahan, mengemukakan pendapat melalui diskusi dengan temannya dan guru, serta untuk apa topik ini diinvestigasi.

Siswa saling berdiskusi mengeluarkan pendapat, memecahkan masalah, mengklarifikasi semua gagasan, mempresentasikan hasil karyanya di depan kelas, memberi tanggapan ataupun mempertahankan pendapatnya, serta menjawab pertanyaan dari kelompok lain. Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keinginan siswa untuk mempelajari sesuatu karena mereka benar-benar tertarik dengan materinya. Sehingga, prestasi siswa dalam pembelajaran IPS mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari pelaksanaan pembelajaran dan hasil tes siswa mulai dari siklus I sampai siklus II yang menunjukkan adanya peningkatan ke arah yang lebih baik.

Hingga akhir siklus, masih terdapat 5 siswa yang belum bisa mencapai batas tuntas minimal. Namun, penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III karena terbatasnya waktu. Kepada 5 siswa tersebut hanya diberi perlakuan khusus, yaitu pemberian remidi hingga dapat mencapai batas tuntas minimal.

Penjelasan peningkatan hasil proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut. Pada siklus I , siswa baru pertama kali mengikuti pembelajaran dengan model Problem Based Learning. Dapat dilihat jika siswa nampak agak canggung untuk mengidentifikasi masalah, mengemukakan pendapat, memecahkan masalah, mengklarifikasi hasil kerjanya, menjawab pertanyaan dari kelompok lain, serta menyanggah pendapat lain saat mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Hal ini menyebabkan siswa menjadi kurang memahami materi yang sedang didiskusikan.

Pada siklus II, suasana tampak lebih kondusif sehingga pembelajaran berlangsung dengan lebih baik. Hal ini disebabkan siswa telah memahami tugasnya. Pada akhir siklus II, terbukti hasil mereka mengalami peningkatan yang lebih baik lagi. Siswa juga memiliki penguasaan materi yang lebih banyak karena mereka membaca lebih banyak. Diskusi yang dilakukan siswa juga ikut menambah penguasaan materinya.

Poin penting dalam pembelajaran model Problem Based Learning ini adalah guru memfokuskan siswa pada permasalahan yang terkait dengan materi kemudian diberikannya kesempatan yang sangat luas pada semua siswa untuk menggali informasi serta mencari alternatif pemecahan masalah serta mengungkapkan pendapatnya tentang segala hal yang terkait dengan materi pelajaran. Dengan demikian, siswa dapat terbantu menumbuhkan rasa percaya diri, keberanian untuk berbicara di depan kelas, serta dapat menghilangkan rasa minder, terutama bagi mereka yang mempunyai kemampuan rendah.

Sesuai dengan tujuan penelitian yang dirumuskan dalam Bab I, yang salah satu diantaranya adalah upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS, penelitian ini telah berhasil mengupayakannya dengan cara menyosialisasikan model pembelajaran Problem Based Learning. Dengan menggunakan model PBL, guru memiliki berbagai pilihan metode yang dapat diterapkan untuk pembelajaaran IPS.

Model Problem Based Learning efektif untuk meningkatkan ketertarikan siswa terhadap proses pembelajaran. Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak hanya keaktifan siswa saja yang meningkat, tetapi juga prestasi belajarnya. Peningkatan keaktifan tersebut berdampak pada tumbuhnya keterampilan sosial dan kemampuan emosional siswa. Kenyataan ini ditunjukkan dengan adanya kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan guru, teman atau kelompok lain berani mempertahankan pendapat ketika berdiskusi dan mempresentasikan hasil karyanya, memiliki rasa tanggung jawab kepada diri sendiri maupun pada kelompoknya. Berani mengemukakan pendapat pada waktu terjadi diskusi. Semua siswa terlibat adanya upaya untuk mendapatkan penghargaan dari guru maupun dari teman yang lain. Dari sini dapat dilihat jika tingkat kepuasan siswa terhadap penerapan model Problem Based Learning sangat tinggi. Kekecewaan juga terlihat pada sebagian siswa. Namun, kekecewaan ini dalam arti yang baik. Siswa merasa kecewa karena belum berhasil mengumpulkan nilai tertinggi. Hal tersebut menyebabkan merasa tertantang dan berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkan nilai setinggi-tingginya.

Selain keaktifan dan penguasaan materi yang meningkat, penerapan model Problem Based Learning sangat efektif untuk memperbaiki dan meningkatkan kenerja guru, baik dalam pengembangan perencanaan, pengembangan pembelajaran, pengelolaan kelas, pengelolaan proses pembelajaran, sampai pemanfaatan media.

Dengan menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning, situasi pembelajaran menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena siswa tidak lagi menjadi obyek pembelajaran, melainkan sebagai subyek pembelajaran. Banyak siswa merasa waktu yang disediakan dalam proses pembelajaran sangatlah singkat. Hampir semua siswa terlibat dalam kegiatan pembelajaran dan memiliki tanggung untuk memecahkan permasalahan yang diugkapkan. Pengetahuan dan penguasaan materi yang diperoleh siswa tak hanya bersumber dari guru, melainkan juga bersumber dari informasi yang diperolah pada internet dan bahan ajar yang dikembangkan dalam diskusi kelompok. Dari diskusi kelompok dan membaca materi, siswa mendapat informasi yang dapat digunakan untuk menjawab soal-soal dan untuk berdiskusi.

 

 

Tabel 35. Rekapitulasi Hasil Angket Siswa setelah KBM

No.

Pertanyaan

Jawaban

Siklus I

Siklus

 

(%)

II (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

Apakah guru menjelaskan langkah-langkah

Ya

90

94

 

 

kegiatan belajar mengajar?

 

 

 

 

 

Tidak

10

6

 

 

 

 

 

 

 

2.

Apakah pembelajaran model Kajian

Ya

85

100

 

Kelompok mendorong kamu lebih kreatif?

 

 

 

 

Tidak

15

0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Apakah dengan pembelajaran model

Ya

90

98

 

 

Kajian Kelompok menyenangkan?

 

 

 

 

 

Tidak

10

2

 

 

 

 

 

 

 

 

Apakah pembelajaran model Kajian

Ya

65

90

 

4.

Kelompok membuat kamu mudah

 

 

 

 

Tidak

35

10

 

 

memahami pelajaran?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Apakah kamu mengalami kesulitan dalam

Ya

25

2

 

 

pembelajaran?

 

 

 

 

 

Tidak

75

98

 

 

 

 

 

 

 

 

Apakah kamu akan membantu jika ada

Ya

70

100

 

6.

teman sekelompok yang mengalami

 

 

 

 

Tidak

30

0

 

 

kesulitan dalam belajar?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil Observasi

 

 

 

 

Berdasarkan hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus II, 98% siswa yang merasa senang, 100% siswa merasa model Kajian Kelompok mendorong mereka lebih kreatif, 2% siswa merasa kesulitan dalam pembelajarannya, dan 100% siswa akan membantu apabila temannya mengalami kesulitan.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

 

A. Kesimpulan

Berdasarkan  pembahasan  yang  telah  dilakukan,  maka  dapat  ditarik. kesimpulan sebagai berikut.

1.      Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga suasana belajar menjadi lebih menyenangkan, siswa lebih aktif, serta tidak cepat bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di setiap siklusnya. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya keaktifan siswa seperti berdiskusi antar siswa dan siswa dengan guru. Begitu pula aktifitas siswa dalam kelompok, seperti mengemukakan pendapat dan bertanya jawab pada kelompok lain dan guru, berani mempresentasikan hasil kerja kelompok, serta menanggapi pertanyaan dari teman atau kelompok lain. Pada siklus kedua, keaktifan siswa semakin meningkat dan proses pembelajaran terlaksana semakin baik.

2.     Penerapan pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keaktifan dan hasil dalam pembelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kuala. Data membuktikan adanya peningkatan persentase keaktifan belajar dan hasil belajar siswa di setiap akhir siklus. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut. Nilai rata-rata pada siklus I 74,84, pada siklus II 82,50. Hal yang sama juga terjadi pada peningkatan jumlah siswa yang mencapai batas minimal ketuntasan ( > 75). Sebelum tindakan, 17 siswa ( 54,83% )  mencapai batas minimal ketuntasan, siklus I sebanyak 21 siswa ( 67,74% ), dan siklus II menjadi 26 siswa ( 83,87% ). Lima siswa belum mencapai batas minimal ketuntasan dan penelitian tidak dilanjutkan ke siklus III karena terbatasnya waktu. Kedua siswa tersebut hanya diberikan remidi sampai dapat mencapai ketuntasan minimal.

3.      Penerapan model Problem Based Learning yang divariasikan dengan metode lain, seperti ceramah, tanya jawab dan diskusi kelompok dapat mengatasi peserta didik yang perhatiannya terhadap pelajaran kurang serta kurang mampu memahami materi yang disampaikan.

B.    Saran

1.      Guru dapat menggunakan model Problem Based Learning karena mempunyai kelebihan, yaitu dapat meningkatkan fokus siswa pada materi karena diberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi sehingga penyampaian materi pelajaran lebih cepat dan dapat mengejar materi yang ketinggalan tanpa mengabaikan potensi dan aktifitas peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung namun tetap dapat meningkatkan keaktifan belajar dan penguasaan materi.

2.      Guru dapat menggunakan model Problem Based Learning untuk dijadikan alternatif karena dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas guru dalam upaya meningkatkan penguasaan materi IPS.

3.      Oleh karena itu, instansi terkait dapat mensosialisasikannya kepada para guru agar mutu pendidikan juga ikut meningkat.

  

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsini. 2006. . Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Aqib, Zainal, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. Yrama Widya.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Jaim. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. Alfa Beta.

-----------. 2005. “Ilmu Pengetahuan Sosial 04”. Materi Pelatihan Terintegrasi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan. Bandung: CV. Alfa Beta.

“pendidik”. Kamus Bahasa Indonesia Online. 2011. Diakses tanggal 31 Maret 2011. (http://kamusbahasaindonesia.org/guru).

Sardiman. 2

007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Agus Suprijono. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends dalam Trianto. karakteristik model Problem Based Learning (PBL).      

http://blog.unsri.ac.id/widyastuti/pendidikan/pendekatan-pembelajaran--masalah-problem-based-learning-dan-pendekatan-pembelajaran-berbasis-konteks-contextual-teaching-and-learning/mrdetail/14376/

Ibrahim dan Nur. 2000. model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning). http://setyoexoatm.blogspot.com/2010/06/problem-based-

learning.html


Lampiran I

RPP Siklus I

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan                  : SMP Negeri 1 Kuala

Mata Pelajaran                        : IPS

Materi pokok/Sub Materi       : Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kehidupan Sosial dan

  Kebangsaan/ Mobilitas Sosial

Kelas/Semester                        : VIII / Ganjil

Alokasi Waktu                        : 60 Menit (Daring)

Pertemuan Ke                         : 1 (Pertama)

 

 

A.     Kompetensi Inti (KI)

 

1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.2     Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan

 

 

 

 

 

 

 

4.2     Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan.

3.2.1   Menguraikan konsep mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas sosial

3.2.2   Menganalisis bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia

3.2.3   Menganalisis faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial

 

 

4.2.1. Membuat narasi essay tentang bentuk- bentuk Mobilitas Sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia

Penguatan Pendidikan Karakter

Bersyukur, Toleransi, Peduli


C.      Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran daring dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik diharapkan mampu :

 

1.    Menguraikan konsep Mobilitas sosial dan pandangan para ahli terhadap mobilitas sosial dengan benar

2.    Menganalisis bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia dengan benar.

3.    Menganalisis faktor – faktor pendorong dan penghambat terjadinya mobilitas sosial dengan baik

4.    Menunjukkan sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran dengan santun

5.    Menunjukkan sikap toleransi dengan menghargai perbedaan sesama teman pada saat berdoa bersama

6.    Menunjukkan sikap peduli dengan mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan temannya secara santun


D. Materi Pembelajaran

1. Konsep Mobilitas

2. Bentuk – bentuk Mobilitas

3. Faktor pendorong dan penghambat mobilitas sosial

E. Pendekatan dan Model Pembelajaran

1. Pendekatan : Saintifik

2. Metode : Diskusi Kelompok melalui chat zoom meeting dan 

  WA grup

3. Model Pembelajaran : Problem Based Learning


F. Media dan Sumber Belajar

1. Media

a. Berbagai gambar tentang Mobilitas Sosial

b. Power point

c. Aplikasi whatsaap, zoom meeting dan google form


2. Sumber Belajar

a. Buku siswa dan buku guru IPS kelas VIII

Mukminan, dkk . 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk SMP/MTs kelas VIII (8). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

b. Kutipan tulisan internet dengan situs  web https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/09/090000169/definisi-dan-jenis-mobilitas-sosial

G.      KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

 

Kegiatan

 

 

Sintaks Model

 

 

 

Deskripsi Kegiatan

 

 

Alokasi

 

 

 

 

 

PBL

 

 

 

 

 

Waktu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

 

 

 

1.

 

 Peserta didik merespon salam dari guru melalui

 

10 menit

 

 

(Sinkron

 

 

 

 

 

tatap maya zoom meeting dilanjutkan berdoa bersama

 

 

 

 

 

melalui Zoom Meeting)

 

 

 

 

 

sesuai agama masing-masing (bersyukur; toleransi)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.  Peserta didik bersama guru mengkondisikan kelas   

      dengan mengecek kehadiran siswa di goole form dan   

      kesiapan kelompok yang telah diberitahukan  

      sebelumnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.  Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tetap semangat belajar dirumah ditengah pandemi Covid 19

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.  Apersepsi : Guru menghubungkan materi dengan     

      Pengetahuan awal peserta didik. Misal mengajukan    

      Pertanyaan, Apakah kalian tahu masing- masing     

       pekerjaan orangtua kalian ? adakah diantara kalian

       yang orangtuanya pernah pindah tugas?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5. Peserta didik menerima informasi mengenai materi,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tujuan, dan alur pembelajaran yang akan dilakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan Inti

 

Tahap – 1

 

KEGIATAN LITERASI

15 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a. Peserta  didik  diminta  untuk  mengamati  berbagai

 

 

 

 

 

 

 

Orientasi siswa pada masalah

 



gambar  mobilitas sosial

 


 


 

 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

(Sinkron melalui Zoom Meeting)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b. Berdasarkan pengamatan, peserta didik diminta untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

memberikan komentar terhadap gambar yang diamati

a.     Peserta didik diminta fokus pada permasalahan kebangkrutan perekonomian yang ada disekitar sekolah sebagai dampak mobilitas sosial

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 2

 

COLLABORATION (KERJASAMA)

10 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(1)  Peserta  didik  diajak  untuk  merespon  kondisi  

Pertokoan disekitar sekolah yang banyak mengalami kebangkrutan (Peduli)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengorganisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(2)

  Peserta didik  diminta untuk fokus ke pembahasan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

siswa untuk belajar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  bentuk – bentuk mobilitas sosial dan pengaruhnya 

  terhadap kehidupan sosial budaya masyarakt 

  Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan

 

 

Sintaks Model

 

 

 

Deskripsi Kegiatan

 

 

 

Alokasi

 

 

 

 

 

 

 

PBL

 

 

 

 

 

 

Waktu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 3

 

COLLABORATION (KERJASAMA) DAN

 

 

 

 

15 menit

 

 

 

 

 

 

 

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

 

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengumpulkan Data:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.      Peserta didik diminta mengumpulkan informasi atau data dari berbagai sumber  seperti membaca buku siswa, mencari di internet dengan alamat web https://www.kompas.com/skola/read/2020/10/09/090000169/definisi-dan-jenis-mobilitas-sosial untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan tentang mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya

Mengolah Data

1.      Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan tentang mobilitas sosial dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya

2.      Satu persatu peserta didik diminta mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok untuk membuat kesimpulan bersama dari hasil analisis kelompoknya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 4

 

COLLABORATION (KERJASAMA)

 

 

 

15 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.     Peserta

didik

dalam

kelompok

diminta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengembangkan

 

      mempresentasikan

hasil

kesimpulan  awalnya  di

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      Whatsapp grup

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dan menyajikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.    Kelompok

lain  diminta

memberi  tanggapan

s

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

hasil karya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

jawaban kelompok yang dipresentasikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.    Peserta didik mengisi Lembar Kerja Peserta Didik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

yang telah disediakan guru secara mandiri (Integritas)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 5

 

CREATIVITY (KREATIVITAS)

 

 

 

 

 

 

 

 

5 menit

 

 

 

 

 

 

 

Menganalisis dan

 

1.    Peserta didik bersama guru mengambil simpulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

mengevaluasi

 

      atas jawaban yang telah ditanggapi bersama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

proses pemecahan

 

2.    Peserta

didik

diberi

kesempatan

untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

masalah

 

      mengungkapkan  kesulitan  yang  dialami  dalam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      pembelajaran pada kolom refleksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penutup (Sinkron Melalui Zoom meeting)

 

 

 

 

1.    Guru   memberikan   respon dan kesimpulan dari hasil refleksi siswa

2.    Guru menyampaikan sub Materi yang akan dipelajari dalam pertemuan berikutnya

3.    Guru memotivasi peserta didik agar tetap semangat belajar dari rumah serta selalu menjaga kesehatan dengan menerapkan protokol kesehatan

 

10 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

H.      Penilaian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.    Penilaian sikap: Sikap sosial dan sikap spiritual yang ditunujukkan siswa selama proses pembelajaran daring (terlampir)

2.    Penilaian Pengetahuan : Tugas tertulis Uraian, (pedoman penilaian terlampir)

3.    Penilaian keterampilan : Unjuk kerja kegiatan pembelajaran online.

 

I.      Kegiatan Remedial dan Pengayaan

1)    Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial dilakukan dalam pemberian tugas bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian, KKM mata pelajaran IPS kelas VIII adalah 70.

2)    Pembelajaran Pengayaan

Berdasarkan analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan pendalaman materi Saluran Mobilitas Sosial

J.      Penilaian  Hasil Pembelajaran

1.    Penilaian sikap

a.       Sikap Spiritual

Teknik : observasi

Bentuk instrumen : jurnal (terlampir)

b.      Sikap Sosial

Teknik  : Observasi

Bentuk Instrumen : Jurnal (terlampir), penilaian diri (terlampir), dan penilaian antar teman (terlampir)

2.    Penilaian pengetahuan

Jenis Soal         : Tes tertulis

Bentuk tes       : Uraian terstruktur

1. kisi-kisi soal, HOTS.

2. Kartu soal

3. Kata Kunci

4. Pedoman penskoran

 

3.    Penilaian Keterampilan

-        Penilaian Unjuk Kerja

-        Penulisan Essay

-        Instrumen Penilaian Essay (terlampir)

 

Mengetahui                                                      Kuala,      Juli 2020

Kepala SMP Negeri 1 Kuala                            GMP IPS

                         

 

SURIAMAN, M.Pd                                         SEPTY PURNAMA SARI, S.Pd

NIP. 19610111 198202 1 001                         NIP. –


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

 

Satuan Pendidikan                  : SMP Negeri 1 Kuala

Mata Pelajaran                        : IPS

Materi pokok/Sub Materi       : Pengaruh Interaksi Sosial Terhadap Kehidupan Sosial dan

                  Kebangsaan/ Mobilitas Sosial

Kelas/Semester                        : VIII / Ganjil

Alokasi Waktu                        : 60 Menit (Daring)

Pertemuan Ke                         : 2 (Kedua)

 

 

A.     Kompetensi Inti (KI)

 

1.      Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

2.      Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

3.      Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

4.      Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.

 

B.       Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi

3.2     Menganalisis pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan

 

 

 

 

4.2     Menyajikan hasil analisis tentang pengaruh interaksi sosial dalam ruang yang berbeda terhadap kehidupan sosial dan budaya serta pengembangan kehidupan kebangsaan.

3.2.4   Menganalisis saluran - saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan pendidikan

3.2.5   Menghubungkan dampak positif dan negatif mobilitas sosial dengan perubahan sosial masyarakat Indonesia

 

 

4.2.1. Membuat narasi essay tentang dampak positif dan negatif mobilitas sosial serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial masyarakat Indonesia

Penguatan Pendidikan Karakter

Religius, Toleransi, Peduli

 

 

 

C.      Tujuan Pembelajaran

Setelah mengikuti proses pembelajaran daring dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning, peserta didik diharapkan mampu :

 

1.    Menganalisis saluran – saluran mobilitas sosial dan contohnya dalam kehidupan politik, ekonomi dan pendidikan dengan benar (HOTS – C4)

2.    Menghubungkan dampak positif dan negatif mobilitas sosial dengan perubahan sosial masyarakat Indonesia dengan benar. (HOTS – C4)

3.    Menunjukkan sikap bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui kegiatan berdoa bersama sebelum dan sesudah pembelajaran dengan santun (Religius – PPK)

4.    Menunjukkan sikap toleransi dengan menghargai perbedaan sesama teman pada saat berdoa bersama (toleransi – PPK )

5.    Menunjukkan sikap peduli dengan mengerjakan tugas secara bersama-sama dengan temannya secara santun (peduli – PPK)

 

D.      Materi Pembelajaran

1.    Saluran Mobilitas

2.    Dampak Mobilitas

                                 

E.       Pendekatan dan Model Pembelajaran

1.    Pendekatan                 : Saintifik - TPACK

2.    Metode                        : Diskusi Kelompok melalui chat zoom meeting dan

  WA grup

3.    Model  Pembelajaran   : Problem Based Learning

 

F.       Media dan Sumber Belajar

1.    Media

a.       Berbagai gambar tentang Saluran dan Dampak Mobilitas Sosial

b.      Power point

c.       Aplikasi whatsaap, zoom meeting dan google form

 

2.    Sumber Belajar

a.    Buku siswa dan buku guru IPS kelas VIII

Mukminan, dkk . 2017. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) Untuk SMP/MTs kelas VIII (8). Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

 

b.    Kutipan tulisan internet dengan situs  web

http://pustakasosiologi.blogspot.com/2013/01/saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial.html

https://guruberbagi.kemdikbud.go.id/rpp/saluran-saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial/


G. KEGIATAN PEMBELAJARAN

 

 

Kegiatan

 

 

Sintaks Model

 

 

 

Deskripsi Kegiatan

 

 

Alokasi

 

 

 

 

 

 

PBL

 

 

 

 

 

Waktu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Pendahuluan

 

 

 

1.

 

 Peserta didik merespon salam dari guru melalui

 

10 menit

 

 

(Sinkron

 

 

 

 

 

tatap maya zoom meeting dilanjutkan berdoa bersama

 

 

 

 

 

melalui Zoom Meeting)

 

 

 

 

 

sesuai agama masing-masing (Religius; toleransi -PPK)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.  Peserta didik bersama guru mengkondisikan kelas   

      dengan mengecek kehadiran siswa di goole form dan   

      kesiapan kelompok yang telah diberitahukan  

      sebelumnya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.  Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tetap semangat belajar dirumah ditengah pandemi Covid 19 (Peduli – PPK)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4.  Apersepsi : Guru bertanya tentang materi

      sebelumnya dan menghubungkannya dengan    

      pengalamannya. Misal mengajukan    

      Pertanyaan, Apakah kalian masih ingat apa itu

      mobilitas sosial? Apa sajakah faktor yang 

      menyebabkan terjadi mobilitas ?   

       (Communication – 4C)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.  Peserta didik menerima informasi mengenai materi,

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tujuan, dan alur pembelajaran yang akan dilakukan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan Inti

 

Tahap – 1

 

KEGIATAN LITERASI

15 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a. Peserta  didik  diminta  untuk  mengamati  berbagai

 

 

 

 

 


 

Orientasi siswa pada masalah

 

gambar tentang saluran dan dampak mobilitas sosial






 

 

 

 

 

 

 


 

 

 

 

 

(Sinkron melalui Zoom Meeting)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.   Berdasarkan pengamatan, peserta didik diminta untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 memberikan komentar terhadap gambar yang diamati

a.     Peserta didik diminta fokus pada permasalahan kebangkrutan perekonomian yang ada disekitar sekolah sebagai dampak mobilitas sosial

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 2

 

COLLABORATION (KERJASAMA)

10 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(1)  Peserta  didik  diajak  untuk  merespon  kondisi  

Pertokoan disekitar sekolah yang banyak mengalami kebangkrutan (Peduli - PPK)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengorganisasi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

(2)

  Peserta didik  diminta untuk fokus ke pembahasan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

siswa untuk belajar

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

  Dampak positif dan negatif mobilitas sosial terhadap  

  kehidupan sosial budaya masyarakat Indonesia

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

         

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kegiatan

 

 

Sintaks Model

 

 

 

Deskripsi Kegiatan

 

 

 

Alokasi

 

 

 

 

 

 

PBL

 

 

 

 

 

 

Waktu

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 3

 

COLLABORATION (KERJASAMA) DAN

 

 

 

 

15 menit

 

 

 

 

 

 

Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok

 

CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIS)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengumpulkan Data:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Peserta didik diminta mengumpulkan informasi atau data dari berbagai sumber  seperti membaca bahan ajar, buku siswa, dan mencari informasi lain di internet dengan alamat web http://pustakasosiologi.blogspot.com/2013/01/saluran-dan-dampak-mobilitas-sosial.html untuk menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan tentang dampak positif dan negatif mobilitas sosial serta  pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya (Technology – STEAM)

 

Mengolah Data

1.      Peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menjawab pertanyaan tentang dampak positif dan negatif mobilitas sosial serta pengaruhnya terhadap kehidupan sosial budaya (Science – STEAM)

2.      Satu persatu peserta didik diminta mengeluarkan pendapatnya dalam diskusi kelompok untuk membuat kesimpulan bersama dari hasil analisis kelompoknya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 4

 

 

COLLABORATION (KERJASAMA)

 

 

 

15 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.     Peserta

didik

dalam

kelompok

diminta

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Mengembangkan

 

      mempresentasikan

hasil

kesimpulan  awalnya  di

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      Whatsapp grup

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

dan menyajikan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2.    Kelompok

lain  diminta

memberi  tanggapan

s

 

 

 

 

 

 

 

 

 

hasil karya

 

 

 

 

 

 

 

 

 

jawaban kelompok yang dipresentasikan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.    Peserta didik mengisi Lembar Kerja Peserta Didik

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

yang telah disediakan guru secara mandiri (Integritas)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tahap – 5

 

CREATIVITY (KREATIVITAS)

 

 

 

 

 

 

 

 

5 menit

 

 

 

 

 

 

Menganalisis dan

 

1.    Peserta didik bersama guru mengambil simpulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

mengevaluasi

 

      atas jawaban yang telah ditanggapi bersama

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

proses pemecahan

 

2.    Peserta

didik

diberi

kesempatan

untuk

 

 

 

 

 

 

 

 

masalah

 

      mengungkapkan  kesulitan  yang  dialami  dalam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

      pembelajaran pada kolom refleksi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Penutup (Sinkron Melalui Zoom meeting)

 

 

 

 

1.    Guru   memberikan   respon dan kesimpulan dari hasil refleksi siswa

2.    Guru menyampaikan sub Materi yang akan dipelajari dalam pertemuan berikutnya

3.    Guru memotivasi peserta didik agar tetap semangat belajar dari rumah serta selalu menjaga kesehatan

 

10 menit

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

H.       Penilaian

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.    Penilaian sikap: Sikap sosial dan sikap spiritual yang ditunujukkan siswa selama proses pembelajaran daring (terlampir)

2.    Penilaian Pengetahuan : Tugas tertulis Uraian, (pedoman penilaian terlampir)

3.    Penilaian keterampilan : Unjuk kerja kegiatan pembelajaran online.

 

I.       Kegiatan Remedial dan Pengayaan

1)    Pembelajaran Remedial

Pembelajaran remedial dilakukan dalam pemberian tugas bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan belajar sesuai hasil analisis penilaian, KKM mata pelajaran IPS kelas VIII adalah 70.

2)    Pembelajaran Pengayaan

Berdasarkan analisis penilaian, peserta didik yang sudah mencapai ketuntasan belajar diberi kegiatan pembelajaran pengayaan untuk perluasan dan pendalaman materi Pluralitas Masyarakat Indonesia

J.      Penilaian  Hasil Pembelajaran

1.    Penilaian sikap

a.       Sikap Spiritual

Teknik : observasi

Bentuk instrumen : jurnal (terlampir)

b.      Sikap Sosial

Teknik  : Observasi

Bentuk Instrumen : Jurnal (terlampir), penilaian diri (terlampir), dan penilaian antar          teman (terlampir)

2.    Penilaian pengetahuan

Jenis Soal         : Tes tertulis

Bentuk tes       : Uraian terstruktur

1. kisi-kisi soal, HOTS.

2. Kartu soal

3. Kata Kunci

4. Pedoman penskoran

 

3.    Penilaian Keterampilan

-        Penilaian Unjuk Kerja

-        Penulisan Essay

-        Instrumen Penilaian Essay (terlampir)

 

Mengetahui                                                      Kuala,      Juli 2020

Kepala SMP Negeri 1 Kuala                            GMP IPS

                         

 

SURIAMAN, M.Pd                                         SEPTY PURNAMA SARI, S.Pd

NIP. 19610111 198202 1 001                         NIP. – 



Lampiran II

Instrumen Pengumpul Data

Lembar pengamatan untuk  keaktifan siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)

Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Kuala

Alamat : Jl Gajah Mada No. 1, Kecamatan Kuala, Kab. Langkat

Nama Guru    :                                                              NIP :

Peneliti  : Septy Purnama Sari, S.Pd

Mapel             : IPS                                 Kelas/ Smstr   : VIII/ 1

Hari/ tanggal   :

Materi             : Mobilitas Sosial



No.

Kegiatan Siswa

Siswa yang diamati sesuai No urut Absen

Jumlah

 (%)

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

dst

1

Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh-sungguh dan penuh keyakinan (mencatat materi yang disampaikan guru, menyimak dengan baik).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

2

Bertanya kepada guru(bertanya tentang materi yang kurang jelas).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3

Mengemukakan pendapat

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

4

Kemampuan memecahkan masalah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Kerjasama Dalam Kelompok

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

a.       Berdiskusi dengan teman sekelompok maupun teman dalam kelompok lain tentang permasalahan.

 

b.      Memberikan pendapat atas masalah dan solusinya.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

6

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

7

Presentasi kelompok (mampu mengkomunikasikan hasil pikiran dan penemuan secara lisan atau penampilan).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

8

Membuat kesimpulan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Jumlah

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

                                                                                                                                                             

                                                                                                                                                                           Langkat, 20 Oktober 2020

Pengamat,

 

 

                                                                                                                                                              Septy Purnama Sari, S.Pd

 

 


Hasil Observasi Keaktifan Siklus I

Rekapitulasi pengamatan untuk  keaktifan siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)

No.

Aspek yang Diamati

F

%

 

 

 

 

1.

Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh

28

90,32

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru

20

64,51

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

15

48,38

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

18

58,06

 

 

 

 

5.

Kerja sama siswa dalam kelompok

30

96,77

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

12

38,70

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil investigasi

15

48,38

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

17

54,83

 

 

 

 

Pengamatan terhadap keaktifan siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari total 31 orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai berikut:

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah mulai baik, tetapi masih ada kekurangan dibeberapa aspek yang diharapkan akan dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus II.

 

 

 

 

Hasil Observasi Keaktifan Siklus II

Rekapitulasi pengamatan untuk  keaktifan siswa dengan model Problem Based Learning (PBL)

Pengamatan terhadap keaktifan siswa ini dilakukan oleh peneliti dibantu oleh guru kolaborator, dari total 31 orang siswa kelas VIII – A yang diamati maka diperoleh data sebagai berikut:

No.

Aspek yang Diamati

F

%

 

 

 

 

1.

Memperhatikan penjelasan materi dari guru dengan sungguh- sungguh

29

93,54

 

 

 

 

2.

Keaktifan siswa dalam bertanya kepada guru

27

87,09

 

 

 

 

3.

Kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat

25

80,64

 

 

 

 

4.

Kemampuan memecahkan masalah

26

83,87

 

 

 

 

5.

Kerja sama siswa dalam kelompok

30

96,77

 

 

 

 

6.

Kelancaran siswa dalam menjawab pertanyaan

26

83,87

 

 

 

 

7.

Mempresentasikan hasil investigasi

25

80,64

 

 

 

 

8.

Membuat kesimpulan

28

90,32

 

 

 

 

 

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah cukup baik karena sudah ada peningkatan yang signifikan dibandingkan siklus I

 

 

 

 

Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada siklus I

Rekapitulasi Hasil Penilaian Pengetahuan Pada Siklus I

Nilai (x)

F

%

< 60

2

6,45

60 – 65

5

16,12

66 – 70

3

9,67

71 – 75

0

0

76 – 80

1

3,22

81 – 85

5

16,12

86 – 90

13

41,93

91 – 95

2

6,45

Jumlah

31

100

 Hasil tes pengetahuan pada siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dikelas VIII - A terangkum dalam tabel berikut:

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 2 siswa (6,45%) mendapat nilai dibawah 60, 5 siswa (16,12%) mendapat nilai antara 60-65, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara 66-70,  tidak ada siswa mendapat nilai antara 71-75, 1 siswa (3,22%) mendapat nilai antara 76-80, dan 5 siswa (16,12% ) mendapat nilai antara 81-85, 13 siswa (41,93%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 91-95.

 

 

 

 

No.

Kriteria Ketuntasan

Kategori

Frekuensi

%

1.

>75

Tuntas

21

67,74

2.

< 75

Belum tuntas

10

32,26

Merujuk pada rentang nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.

 

 

 

Dari 31 siswa ternyata yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 10 siswa (32,26%), sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 21 siswa (67,74%). Sehingga dapat disimpulkan perlu diadakan siklus berikutnya untuk memperbaiki nilai peserta didik kelas VIII A khususya pada mata pelajaran IPS.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Hasil Belajar Siswa Pada Siklus II

Rekapitulasi Hasil Penilaian Pengetahuan Pada Siklus II

Nilai (x)

F

%

< 60

0

0

60 – 65

0

0

66 – 70

2

6,45

71 – 75

3

9,67

76 – 80

4

12,90

81 – 85

2

6,45

86 – 90

18

58,06

91 – 95

2

6,45

Jumlah

31

100

 Hasil tes pengetahuan pada siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning dikelas VIII - A terangkum dalam tabel berikut:

 

 

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa sudah tidak ada siswa yang mendapat nilai dibawah 60, demikian juga pada rentang 60-65 tidak ada lagi siswa yang mendapat nilai pada rentang tersebut, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 66-70, 3 siswa (9,67%) mendapat nilai antara 71-75, 4 siswa (12,90%) mendapat nilai antara 76-80, dan 2 siswa (6,45% ) mendapat nilai antara 81-85, 18 siswa (58,06%) mendapat nilai antara 86-90, 2 siswa (6,45%) mendapat nilai antara 91-95.

 

No.

Kriteria Ketuntasan

Kategori

Frekuensi

%

1.

>75

Tuntas

26

83,87

2.

< 75

Belum tuntas                  

5

16,13

Merujuk pada rentang nilai yang telah ditetapkan, maka akan didapat hasil sebagai berikut.

 

 

 

Dari 31 siswa ternyata yang belum tuntas pada mata pelajaran IPS dengan nilai kurang dari batas tuntas minimal (KKM) 75 sebanyak 5 siswa (16,13%), sedangkan yang sudah tuntas dengan nilai yang lebih dari 75 sebanyak 26 siswa (83,87%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh pada siklus II sudah mencapai tingkat ketuntasan

 

KUESIONER PENDAPAT SISWA MENGENAI  MODEL PROBLEM BASED LEARNING

Jenis Kelamin              :

Kelas                           :

Berilah tanda checklist (V) pada salah satu pernyataan di bawah ini sesuai dengan kenyataan atau pendapat anda selama kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah. Jawaban saudara tidak berpengaruh terhadap penilaian hasil belajar. Mohon diisi semua dengan jujur. Terima kasih atas bantuannya.

No.

Pernyataan

SS

S

KS

TS

Alasan

1

Saya lebih senang belajar dengan menggunakan model problem based learning dibandingkan dengan cara belajar yang lainnya.

 

 

 

 

 

2

Saya lebih bersemangat dalam mempelajari geografi dengan menggunakan model problem based learning.

 

 

 

 

 

3

Saya ingin dalam setiap mengajar, guru menggunakan model problem based learning.

 

 

 

 

 

 4

Saya lebih mudah memahami materi pembelajaran geografi dengan  belajar model problem based learning

 

 

 

 

 

5

Penggunaan model problem based learning sangat bermanfaat bagi mata pelajaran geografi.

 

 

 

 

 

6

Model problem based learning cocok untuk materi yang sulit.

 

 

 

 

 

7

Penggunaan model problem based learning membuat peka dan kritis terhadap materi yang dipelajari.

 

 

 

 

 

8

Penggunaan model problem based learning dapat menggali potensi yang ada pada diri saya.

 

 

 

 

 

 9

Saya merasa senang dengan model problem based learning karena menuntut kerjasama yang baik dalam kelompok.

 

 

 

 

 

 10

Model problem based learning memberikan kesempatan lebih banyak untuk berdiskusi dan saling tukar pendapat dengan teman.

 

 

 

 

 

11

Dengan menggunakan model problem based learning memungkinkan saya untuk belajar bukan dari guru saja, tetapi juga dari siswa yang lainnya.

 

 

 

 

 

12

Penggunaan model problem based learning membuat aktif dalam kelompok.

 

 

 

 

 

13

Model problem based learning yang digunakan guru dalam mengajar sangat membantu saya dalam meningkatkan hasil belajar.

 

 

 

 

 

14

Model problem based learning membuat saya lebih aktif belajar.

 

 

 

 

 

15

Dengan menggunakan model problem based learning,saya dapat belajar cara menyampaikan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Keterangan :

SS           : Sangat Setuju, jika pernyataan dalam angket sesuai kondisi atau situasi di

 lapangan  dan cocok untuk dikembangkan karena sangat membantu

 meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

   S           : Setuju, jika pernyataan dalam angket sesuai kondisi atau situasi di

     lapangan  dan   cocok untuk dikembangkan karena cukup  membantu

  meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa.

KS         : Kurang Setuju      , jika pernyataan dalam angket kurang sesuai dengan

                 kondisi di lapangan dan kurang membantu meningkatkan keaktifan dan

                 hasil belajar siswa             

TS          : Tidak Setuju, jika peryataan dalam angket benar-benar tidak sesuai

                 dengan kondisi di lapangan dan tidak dapat membantu meingkatkan

                 keaktifan dan hasil belajar siswa.

 

 

 

Rekapitulasi Hasil Angket Siswa setelah KBM

No.

Pertanyaan

Jawaban

Siklus I

Siklus

 

(%)

II (%)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1.

Apakah guru menjelaskan langkah-langkah

Ya

90

94

 

 

kegiatan belajar mengajar?

 

 

 

 

 

Tidak

10

6

 

 

 

 

 

 

 

2.

Apakah pembelajaran model Kajian

Ya

85

100

 

Kelompok mendorong kamu lebih kreatif?

 

 

 

 

Tidak

15

0

 

 

 

 

 

 

 

 

 

3.

Apakah dengan pembelajaran model

Ya

90

98

 

 

Kajian Kelompok menyenangkan?

 

 

 

 

 

Tidak

10

2

 

 

 

 

 

 

 

 

Apakah pembelajaran model Kajian

Ya

65

90

 

4.

Kelompok membuat kamu mudah

 

 

 

 

Tidak

35

10

 

 

memahami pelajaran?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5.

Apakah kamu mengalami kesulitan dalam

Ya

25

2

 

 

pembelajaran?

 

 

 

 

 

Tidak

75

98

 

 

 

 

 

 

 

 

Apakah kamu akan membantu jika ada

Ya

70

100

 

6.

teman sekelompok yang mengalami

 

 

 

 

Tidak

30

0

 

 

kesulitan dalam belajar?

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Sumber: Hasil Observasi

 

 

 

 

Berdasarkan hasil angket siswa setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus II, 98% siswa yang merasa senang, 100% siswa merasa model Kajian Kelompok mendorong mereka lebih kreatif, 2% siswa merasa kesulitan dalam pembelajarannya, dan 100% siswa akan membantu apabila temannya mengalami kesulitan.

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

CARA UPLOAD APLIKASI KE BLOG